image

image

Saturday, July 5, 2014

DUNIA dan kehidupan

Orang yang berakal pasti akan memilih sesuatu yang baik bukan yang buruk, mengutamakan kebahagiaan yang bersifat abadi daripada kebahagiaan sejenak. Kalaulah kita merenungi dunia dan segala isinya ini, kita pasti akan sadar dan yakin bahwa dunia dan segala isinya ini hanya bersifat sementara, tidak kekal. Kebahagiaan dan kesedihan di dunia juga bersifat sementara. Bertolak belakang dengan kebahagiaan atau kesedihan di Akhirat yang semua bersifat abadi. Maka alangkah ruginya, orang yang hanya mengejar materi dan kesenangan sementara di dunia, karena tidak lama lagi itu semua akan berakhir dengan kematian.

Ya Allah, jangan Engkau jadikan dunia sebagai pusat perhatian kami !


PERUMPAMAAN KESENANGAN DUNIA

Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). Dengan penjelasan ini, sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di dunia ini tidak termasuk (main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan perbuatan yang dilakukan untuk keperluan pokok dalam kehidupan.” [1]

JANGAN TERLEKA !
Karena kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal, maka mestinya tidak ada orang yang terperdaya serta tidak menyebabkan lupa urusan akhirat. Allâh Azza wa Jalla mengingatkan kaum Mukminin agar jangan sampai urusan keluarga membuatnya lupa beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
[ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.” [2]

Kemudian Allâh Azza wa Jalla menganjurkan kaum Mukminin agar berinfaq dalam rangka taat kepada Allâh Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" [al-Munâfiqûn/63:10]

Ayat ini mengisyaratkan bahwa semua orang yang melalaikan kewajiban akan menyesal pada saat ajal menjemput. Dia akan meminta perpanjangan waktu walau sejenak untuk mencari keridhaanNya dan memperbaiki yang telah lewat. Tetapi itu mustahil. Segala yang sudah terjadi telah berlalu dan akan terjadi apa yang akan datang. Setiap orang akan mengungkapkan penyesalannya sesuai dengan kadar kelalaiannya”. [3]

Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : "Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firmanNya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: "Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23: 99-100]


MANUSIA YANG TIDAK PERNAH RUGI

Sebagian orang mengira, bahwa dengan beriman dia telah beruntung dan terhindar dari kerugian, meskipun tetap melalaikan kewajiban. Anggapan seperti ini tidak benar. Karena semua manusia itu merugi, kecuali yang memiliki empat sifat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. [ al-‘Ashr/103: 1-3]

Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menggunakan waktu yaitu malam dan siang, yang merupakan saat amal perbuatan seluruh hamba dilakukan, bahwa semua manusia itu merugi, tidak beruntung. Kerugian itu bertingkat-tingkat, ada rugi total, seperti orang yang rugi dunia dan akhirat, tidak masuk surga justru masuk neraka jahim; ada yang rugi dari satu sisi, tapi tidak dari sisi yang lain. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa kerugian itu menimpa semua orang, kecuali orang-orang yang memiliki empat sifat :

1. Beriman terhadap perkara yang diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla supaya diimani. Dan iman itu tidak akan ada kalau tidak ada ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari iman. Iman tidak akan sempurna kecuali dengan ilmu.

2. Beramal shaleh. Ini mencakup seluruh perbuatan baik, yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allâh maupun hak para hambaNya, yang wajib maupun yang sunat.

3. Nasehat menasehati dengan al-haq. Al-haq adalah iman dan amal shalih. Maksudnya mereka saling menasehati, saling menganjurkan serta saling memberikan motivasi untuk melaksanakannya.

4. Nasehat menasehati supaya tetap sabar dalam melaksanakan perbuatan taat, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat dan sabar menerima takdir Allâh yang pedih.

Dengan dua (sifat) yang pertama, seseorang bisa menyempurnakan dirinya, dan dengan dua (sifat) berikutnya, dia bisa menyempurnakan orang lain. Berhasil menyempurnakan empat sifat di atas, berarti telah selamat dari kerugian dan meraih keberuntungan yang besar.” [4]


KERUGIAN HAKIKI

Banyak orang yang bersedih dan merasa rugi ketika gagal masuk ke sekolah favorit, gagal dalam bisnis, gagal meraih cita-cita dunia dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri ini memang kerugian yang harus diantisipasi. Namun jangan lupa bahwa disana ada kerugian yang berakibat sangat fatal dengan sakit yang tak terperikan yaitu kerugian akhirat. Kerugian yang diakibatkan oleh kekufuran, kesyirikan dan berbagai perbuatan maksiat lainnya yang berujung di neraka dan terhalang dari surga. Inilah kerugian hakiki.

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan RasûlNya supaya mengumumkan kepada manusia, bahwa agama beliau adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla dalam ibadah.

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Katakanlah: "Hanya Allâh saja yang aku ibadahi dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". [az-Zumar/39: 14]

Selanjutnya Allâh mengancam akan menimpakan kerugian yang nyata di akhirat bagi orang-orang musyrik, orang-orang yang beribadah kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [az-Zumar/39: 15]

Apa yang menimpa orang-orang musyrik di diakhirat merupakan kerugian yang nyata. Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan firmanNya:

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۚ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ

Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allâh menakut-nakuti para hamba-Nya dengan adzab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku Hai hamba-hamba-Ku. [Az-Zumar/39: 16]

Masuk neraka adalah kerugian hakiki, sedangkan kesuksesan yang hakiki adalah masuk surga serta diselamatkan dari neraka. Allâh berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imrân/3: 185]

Semoga Allâh Azza wa Jalla menyelamatkan kita dari tipu daya dunia dan menjadikan kita termasuk orang-orang meraih keberuntungan yang hakiki, selamat dari kerugian sebenarnya. Hanya Allâh Tempat memohon pertolongan.

 [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsir Rûhul Ma’âni 5/293
[2]. Tafsir Ibnu Katsîr 8/133
[3]. Tafsîr Ibnu Katsir 8/133
[4]. Tafsîr Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-‘Ashr

Wednesday, July 2, 2014

What You Belief - Believe

Manusia Pertama di dunia adalah, Adam a.s dan Hawa temannya atau di kenali sebagai Adam and Eve dalam kitab selain AlQuran

Utusan Allah sebahagian yang ramai ialah Para Nabi atau Prophet
Yang lebih sedikit adalah RASUL ALLAH, Islam menetapkan untuk kita mengetahui 25 bilangan Rasul Allah. Daripada bilangan itu ada 5 Rasul Ulul Azmi

Bangsa Yahudi, paling Ramai utusan Allah, kerana mereka iaitu Yahudi suka main main dan suka berfikir menurut Nafsu, mengubah ketentuan didalam Kitab Taurat, dengan tidak menjelaskan kesemuanya, agar manusia mudah SESAT, bolehlah buka business service manusia

Nasrani juga mendapat Rasul Allah, iaitu nabi Isa al masihi Maryam, namun bangsa Nasrani telah mengubah Kitab Injil menjadi beberapa kitab di panggil sebagai Bible
Tidak Hairan lah mereka meminta untuk bertuhankan Allah, namun mereka lalai terhadap SYIRIK
Dalam keterangan di PDF mereka tahu, Allah itu satu bersesuaian dengan surah al ikhlas

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
A001 Katakanlah : "(Tuhanku) ialah Allah Yang Maha Esa;
(Al-Ikhlaas 112:1
Say: He is Allah, the One and Only;
A002 "Allah Yang menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat;
(Al-Ikhlaas 112:2
Allah, the Eternal, Absolute;
A003 "Ia tiada beranak, dan Ia pula tidak diperanakkan;
(Al-Ikhlaas 112:3
He begetteth not, nor is He begotten;
A004 "Dan tidak ada sesiapapun yang serupa denganNya".
(Al-Ikhlaas 112:4
And there is none like unto Him. 

Rasul Allah, Muhammad ibni Abdullah, menyampaikan kebenaran Agar Tidak sekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. Inilah Perjuangannya menjadi keutamaan, agar manusia berakhlak Yang Mulia - menauhidkan Allah
Semua Prophet membawa Islam
Mengajak manusia menauhidkan Allah
Sekiranya Bani Israil yang Islam, tidak mahu kepada Islam, itulah di panggil mereka, Yahudi, ada yang pendita tak menyampaikan kesemua kebenaran, dan ada Zionist yang mengutamakan Nafsu Keduniaan.
Begitu juga dengan Umat nabi Isa al masih, dulunya Islam, namun mereka di tipu oleh yahudi, dan mereka percaya, merekalah yang benar, sebab itu mereka mengadakan berbagai agenda melawan islam
Namun Hidayah Allah membawa kembali beberapa orang Nasrani, ke dalam Islam
Kalian boleh lihat perjuangan mereka di youtube
Dan ada yang di jemput ke Malaysia, ke UIA
Demikian ya, Kebenaran itu hanyalah daripada Allah, melalui Kitab TAURAT atau TORAH, Kitab INJIL dan Kitab Zabur yang lebih awal, serta yang terakhir ialah Kitab AlQuran
AlQuran itu di pelihara oleh Allah
Itulah jaminan, what to believe - what do you belief

Silakan ya
Jika tak mahu SESAT, Bacalah dan ambillah pelajaran daripada AlQuran dan Sunnah yang sahih

InshaAllah