image

image

Thursday, October 20, 2011

kasih kan IBU

Dia asalnya berpenyakit sopak, badannya putih, putih penyakit  sopak yang bagi kita tentu kita tak tidak gemari. Walaupun dia berpenyakit sopak dia tetap seorang yang soleh, selalu mengambil berat tentang ibunya yang uzur dan lumpuh. Dia telah begitu tekun untuk mendapatkan keredhaan ibunya. Bapanya meninggal dunia ketika dia masih kecil lagi. Dia pula mendapat penyakit sopak sejak dilahirkan dan ibunya yang telah menjaganya sehinggalah dewasa.

Pada suatu hari ibunya memberitahu kepada Uwais keinginannya yang  sangat untuk pergi mengerjakan haji. Dia menyuruh Uwais supaya mengikhtiarkan dan mengusahakan agar dia dapat dibawa untuk menunaikan haji.

Sebagai seorang yang miskin, Uwais tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang untuk pergi haji dari Yaman ke Mekah mereka menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang diatasnya “Haudat”. Haudat ini seperti rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi panas matahari dan hujan, agar selesa perjalanan tetapi mahal perbelanjaannya . Uwais tidak mampu untuk menyediakan yang demikian, unta pun dia tidak ada, nak sewa pun tidak mampu.

Ibu Uwais semakin uzur maka ibunya mendesak dan berkata kepada anaknya “Anakku mungkin ibu dah tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji”.

Uwais mendapat suatu ilham, dia terfikir apa nak dibuat. Dia membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan dah habis menyusu. Dia membuat sebuah rumah kecil (pondok) di atas sebuah “Tilal” iaitu sebuah tanah tinggi (Dia buatkan rumah untuk lembu itu di atas bukit).

Apa yang dia lakukan, pada petang hari dia dukung anak lembu untuk naik ke atas “Tilal”. Pagi esoknya dia dukung lembu itu turun dari “Tilal” untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia beri lembu itu makan.

Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang kata dia ini gila. Memang pelik, buatkan rumah untuk lembu diatas bukit, kemudian setiap hari usung lembu, petang bawa naik, pagi bawa turun bukit.

Tetapi sebenarnya niatnya baik. Kalau lembu kita buat begitu pagi sekali petang sekali daripada lembu yang beratnya 20kg, selepas enam bulan lembu itu sudah menjadi 100kg. Otot-otot (muscle) tangan dan badan Uwais menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100kg turun dan naik bukit.

Selepas lapan bulan dia buat demikian telah sampai musim haji, rupa-rupanya perbuatannya itu adalah satu persediaan untuk dia membawa ibunya mengerjakan haji. Dia telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Mekkah dengan kedua tangannya. Dibelakangnya dia meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100kg boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang berat sekitar 50kg. Dia membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Mekah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Dan dia juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Mekah.

Setelah pulang semula ke rumah dia di Yaman, Ibu dia berkata kepada dia “ Uwais, apa yang kamu berdoa sepanjang kamu berada di Mekah?”. Uwais menjawab “Saya berdoa minta supaya Allah mengampunkan semua dosa-dosa ibu”. Ibunya bertanya lagi “Bagaiman pula dengan dosa kamu”. Uwais menjawab “Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga, cukuplah ibu redha dengan saya maka saya juga masuk syurga”.

Ibunya berkata lagi “Ibu nak supaya engkau berdoa agar Allah hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini”. Uwais kata “Saya keberatan untuk berdoa kerana ini Allah yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah, macam saya tidak bersyukur dengan Allah ta’ala”. Ibunya menambah “Kalau nak masuk syurga, kena taat kepada perintah ibu, Ibu perintahkan engkau berdoa”.

Akhirnya Uwais tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Uwais berdoa seperti yang ibu dia minta supaya Allah sembuhkan putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu. Tetapi kerana dia takut masih ada dosa pada dirinya dia berdoa “Tolonglah Ya Allah kerana ibu aku suruh aku berdoa hilangkan yang putih pada badanku ini melainkan tinggalkan sedikit”

Allah swt. sembuhkan serta merta, hilang putih sopak diseluruh badannya kecuali tinggal satu tompok sebesar duit syiling ditengkuknya. (Kalau bagi nabi, baginda ada Khatam Nubuwah iaitu tanda kenabian, tanda pada nabi bersinar) Tanda tompok putih pada Uwais sebab dia mintak agar jangan dibuang kesemuanya, kerana ini (sopak) adalah anugerah, maka nabi sebut kepada Umar dan Ali akan tanda ini. Tandanya kamu nampak dibelakang dia ada satu bulatan putih, bulatan sopak.  Kalau berjumpa dengan tanda itu dialah Uwais al-Qarni.

Selepas tidak lama Uwais berdoa yang demikian, ibunya telah meninggal dunia. Dia telah menunaikan kesemua permintaan ibunya. Selepas itu dia telah menjadi orang yang paling tinggi martabatnya disisi Allah. Doa dia cukup makbul hatta penyakit sopak pun boleh sembuh. Mengikut al-Quran, Nabi Isa Alaihisalam yang pernah berdoa untuk kesembuhan penyakit sopak dizamannya.

Tuesday, October 11, 2011

Sunnah Rasulullah

 mari melihat sunnah


Karena Akhlak Nabi Muhammad SAW Diutus


Tujuan pertama kita mempelajari akhlak adalah, “Karena akhlaklah Nabi SAW diutus.”

Saya lihat Anda begitu tereranjat!

Janganlah Anda terkejut apalagi heran. Nabi SAW sendiri bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Saya lihat Anda bergumam, “Apakah masuk akal jika dikatakan bahwa tujuan mendasar diutusnya Nabi SAW berkaitan dengan akhlak?”

Baca sekali lagi hadits diatas, kemudian renungilah.

Jadi, apa hubungannya antara akhlak dan pengutusan Nabi SAW?

Sekarang saya ingin bertanya kepada Anda, “Mengapa Nabi SAW diutus?

“Jawab atas pertanyaan ini adalah firman Allah SWT :

"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat seluruh semesta." (QS. Al-Anbiya': 107).

Pikirkanlah ayat di atas, dan renungilah bersama saya... Sungguh, demi Allah, ada pertautan yang kuat antara hadits dan pesan ayat di atas. Ketahuilah, tidak akan ada rahmat bagi seluruh alam kecuali dengan akhlak.

Apakah Anda setuju dengan ungkapan diatas..!?

Saya yakin Anda pasti mengatakan, "Tentu saja saya setuju dengan hadits Nabi SAW tersebut, akan tetapi bukankah ibadah lebih didahulukan? Apakah Anda ingin mengatakan bahwa akhlak lebih utama daripada shalat, puasa, doa, dzikir, haji dan..."

Saya katakan kepada Anda, "Ya, sesungguhnya akhlak lebih penting, karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak, maka seluruh aktivitas ibadah "hanyalah" sebatas prima raga...!"

Saya harap Anda memahami maksud saya sebaik-baiknya. Janganlah Anda mencoba mencampuradukkan antara masalah fikih dengan permasalahan akidah. Pahamilah pesan yang terkandung dalam kalimat tersebut.

Shalat dapat memperbaiki akhlak Anda
Allah Sy berfirman: "Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) kejidanmungkar." (QS. Al-Ankabut: 45).

Subhdnallah! Jika shalat seseorang itu belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka shalatnya baru sebatas olah raga. Ia telah shalat, namun shalatnya belum memperbaiki akhlaknya.

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Aku menerima shalat dari seseorang yang mengerjakannya dengan khusyuk karena kebesaran-Ku, dan ia tidak mengharapkan anugerah dari shalatnya karena sebagai hamba-Ku (rnakhluk-Ku), dan ia tidak menghabiskan waktu malamnya karena bermaksiat kepada-Ku, menghabiskan waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, mengasihi orang miskin, ibnu sabil, mengasihi Anda, dan menyantuni orang yang sedang terkena musibah."

Dapatkah Anda menyaksikan adanya hubungan antara ibadah (shalat) dan akhlak (rendah hati dan kasih sayang)? Ingatlah, jika shalat Anda belum memberikan nilai-nilai kasih sayang terhadap sesama manusia, maka Anda belumlah memetik buah shalat Anda secara sempurna.

Demikian pula sedekah
Allah SWT berfirman, "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka." (QS. At-Taubah: 103).

Subhanallah, ternyata tujuan zakat adalah membersihkan diri dalam rangka proses perbaikan akhlak!

Tahukah Anda, bagaimana bisa tujuan zakat bertumpu pada moral?

“Orang yang bersedekah akan tahu kasih sayang dan kemuliaan, karena ibadah itu muaranya ke akhlak.”

Sebuah makna yang indah. Pernahkah sebelumnya Anda mendengar tentang pesan moral dalam bersedekah?

Sebernarnya sedekah itu mempunyai tipikal tersendiri. Nabi SAW bersabda, "Seryummu kepada saudaramu adalah sedekah."

Kita harus mampu menerapkan pemahaman hadits tersebut. Kita telah hafal hadits tersebut di luar kepala, akan tetapi kita tidak tahu nanya....

Janganlah pelit dalam menebar senyuman, dan bersedekahlah! Adapun kelengkapan haditsnya sebagai berikut:

"Senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah, anjuranmu untuk berbuat kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu terhadap orang yang tersesat jalannya adalah sedekah, engkau mengosongkan isi bejanamu untuk engkau berikan ke bejana saudaramu adalah sedekah, engkau menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah, engkau menunjukkan jalan bagi orang yang buta adalah sedekah, dan sedekah yang paling besar adalah seorang suami menyuapi istrinya walaupun hanya satu suapan."

Benar, pengertian sedekah saat ini telah mengalami distorsi. Sesungguhnya sedekah mampu mendorong tercapainya akhlak yang luhur. Sedekah yang sebenarnya merupakan implementasi dari akhlak. Itulah hakikat maknanya yang sebenarnya.

Demikian pula dengan puasa
Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kamu melaksanakan puasa, maka janganlah berkata kotor dan menipu. Jika seseorang mencelamu atau hendak membunuhmu, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang puasa'."

Subhanallah! Di saat sedang menjalankan puasa, hari-hari Anda dipenuhi dengan nilai moral, sampai-sampai Anda tidak dibenarkan berbuat fasik, mencaci, bersikap pandir, dan sebagainya.

Sebelumnya, telah kita ketahui pula bahwa tujuan shalat adalah perbaikan akhlak, demikian juga sedekah dan puasa! Sekarang, apakah Anda sependapat dengan saya bahwa tujuan utama ibadah adalah perbaikan akhlak?

Jika Anda masih ragu, maka ritual ibadah haji dapat menghilangkan keraguan tersebut....

Puncak tertinggi akhlak adalah haji
Allah SWT berfirman: "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafas, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji." (QS. Al-Baqarah: 197).

Ibadah haji adalah sebuah proses pelatihan yang cukup berat dalam memperbaiki akhlak. Di sana Anda akan termotivasi untuk memperbaiki akhlak. Oleh karena itu, jangan berbicara kasar, mencaci, mencela, dan menzalimi seseorang; insya Allah Anda akan selalu terangsang dan terpacu untuk memperbaiki akhlak. Ingatlah, Anda akan bermukim di tanah suci selama 20 hari dalam rangka memperbaiki akhlak.

Ada sebuah cerita yang menarik. Sebagian orang mengusulkan, untuk menghindari kepadatan berhaji; hendaknya setiap warga negara melaksanakannya pada musim yang berbeda. Konkretnya, warga Mesir pada bulan Rajab, warga Syam pada bulan Sya'ban, warga Yaman pada buIan Syawal, dan seterusnya. Arafah terdapat sepanjang tahun.

Untuk menjawab usulan tersebut tentunya amat mudah.

Setiap tahun terdapat 3 juta jamaah haji saling berkumpul dalam suasana berdesak-desakan. Justru pada saat seperti inilah saya melihat kesungguhan Anda memperbaiki akhlak, karena seluruh jamaah melempar jumrah pada waktu yang sama. Semuanya di Bukit Arafah, pada waktu yang sama.

Ketika akhlak telah menempati tangga teratas, wahai para jamaah haji, berarti Anda telah melalui proses training perbaikan akhlak di tengah-tengah kerumunan 3 juta orang selama 20 hari. Apakah Anda telah berlaku santun terhadap kedua orangtua, istri, kerabat, serta tetangga?

Sekarang, saya yakin Anda lebih percaya diri. Bukankah demikian? Saya dengar perkataan Anda, "Benar, ritual ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan haji tidak akan bernilai tanpa didasari dengan akhlak..." Lebih dulu mana?

Sebagian orang mengira bahwa yang paling krusial dalam memahami agama adalah mempelajari fikih, menghafal Al-Qur'an, ilmu terlebih dahulu, baru kemudian akhlak. Benarkah demikian? Mana yang lebih dahulu ilmu ataukah akhlak?

Allah SWT berfirman, "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikanmereka." (QS. Al-Baqarah: 129).

Ayat ini keluar dari lisan Nabi Ibrahim as., yang menerangkan bahwa ilmu lebih utama didahulukan daripada tazkiyah/penyucian jiwa dan akhlak.

Sekarang saya lihat Anda lebih ceria. Selamat untuk Anda...!

Dalam Al-Qur'an ayat tersebut ada di empat tempat: sekali disampaikan melalui Nabi Ibrahim as., sedangkan di-tiga tempat lainnya langsung difirmankan oleh Allah SWT di tempat yang berbeda.

Allah SWT berfirman: "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). " (QS. Al-Baqarah: 151).

Itulah tujuan utama kita mempelajari akhlak, agar Anda mengetahui kandungan arti hadits: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak," dan pesan ayat:

"Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya' : 107).

Wednesday, October 5, 2011

fikir (ntah)

Ilmu apakah yang boleh menimbulkan KESEDARAN?

SEDAR bahawa Allah yang Menciptakan segala galanya


SEDAR yang Allah lah yang memberi HIDUP, dan juga memberi MATI


SEdar yang Penglihatan ini Allah yang beri - semuga memandang sesuatu nampak Allah, 


SEDAR yang Pendengaran ini Allah yang beri, maka tak layak Mendengar yang sia sia, semuga boleh  Taqwa

mahu SEDAR bukan kerana ILMU


ada Ilmu jika tak INGAT, tak menjadi apa apa


semuga ILMU yang kamu dapat itu
kaedah yang kamu belajar itu
amal yang kamu lakukan itu
membolehkan kamu INGAT Allaah

Tinggi Rendah diri, berpusing dalam satu Bulatan, ada masa tinggi, ada masa rendah, ibarat RODA
ILMU, tetap TINGGI
ISLAM tetap tinggi
Allah tetap Tinggi

Ingatlah Allah, semuga bertaqwa

Sunday, October 2, 2011

RuGI - kerugian

Wahai orang yang beriman!
Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu
daripada mengingati Allah (dengan menjalankan perintahNya).
Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian,  
maka mereka itulah orang yang rugi. (Al-Munaafiquun 63:9)

bagaimana kita punya sikap?

lagu mana kita 'tackle'?

kita bermesyuarat untuk memajukan Negara, memajukan Koporat, perbadanan, Syarikat
semuga dapat menjaga masa jangan sampai terLEKA

kita membentangkan laporan kemajuan, laporan kewangan, semuga majulah akal fikiran, dapatlah INGAT ALLAH, jangan lalai dan menjadi golongan yang RUGI

banyak lagi, kelakuan kita
sentiasa di UJI


http://www.surah.my/images/s051/a020.png?1285915150

Dan pada bumi ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan dan kekuasaan Allah)
bagi orang (yang mahu mencapai pengetahuan) yang yakin, (Adz-Dzaariyaat 51:20)

A021
Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? (Adz-Dzaariyaat 51:21)

silakan ya perhatikan diri
semuga dapat menjauhi kelalaian

semuga mendapat bimbinganNYA
untuk berbuat kebaikan
terhindar dari Kelalaian

Inshallah ya


subhanallah