image

image

Tuesday, October 11, 2011

Sunnah Rasulullah

 mari melihat sunnah


Karena Akhlak Nabi Muhammad SAW Diutus


Tujuan pertama kita mempelajari akhlak adalah, “Karena akhlaklah Nabi SAW diutus.”

Saya lihat Anda begitu tereranjat!

Janganlah Anda terkejut apalagi heran. Nabi SAW sendiri bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Saya lihat Anda bergumam, “Apakah masuk akal jika dikatakan bahwa tujuan mendasar diutusnya Nabi SAW berkaitan dengan akhlak?”

Baca sekali lagi hadits diatas, kemudian renungilah.

Jadi, apa hubungannya antara akhlak dan pengutusan Nabi SAW?

Sekarang saya ingin bertanya kepada Anda, “Mengapa Nabi SAW diutus?

“Jawab atas pertanyaan ini adalah firman Allah SWT :

"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat seluruh semesta." (QS. Al-Anbiya': 107).

Pikirkanlah ayat di atas, dan renungilah bersama saya... Sungguh, demi Allah, ada pertautan yang kuat antara hadits dan pesan ayat di atas. Ketahuilah, tidak akan ada rahmat bagi seluruh alam kecuali dengan akhlak.

Apakah Anda setuju dengan ungkapan diatas..!?

Saya yakin Anda pasti mengatakan, "Tentu saja saya setuju dengan hadits Nabi SAW tersebut, akan tetapi bukankah ibadah lebih didahulukan? Apakah Anda ingin mengatakan bahwa akhlak lebih utama daripada shalat, puasa, doa, dzikir, haji dan..."

Saya katakan kepada Anda, "Ya, sesungguhnya akhlak lebih penting, karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak, maka seluruh aktivitas ibadah "hanyalah" sebatas prima raga...!"

Saya harap Anda memahami maksud saya sebaik-baiknya. Janganlah Anda mencoba mencampuradukkan antara masalah fikih dengan permasalahan akidah. Pahamilah pesan yang terkandung dalam kalimat tersebut.

Shalat dapat memperbaiki akhlak Anda
Allah Sy berfirman: "Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) kejidanmungkar." (QS. Al-Ankabut: 45).

Subhdnallah! Jika shalat seseorang itu belum mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka shalatnya baru sebatas olah raga. Ia telah shalat, namun shalatnya belum memperbaiki akhlaknya.

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Aku menerima shalat dari seseorang yang mengerjakannya dengan khusyuk karena kebesaran-Ku, dan ia tidak mengharapkan anugerah dari shalatnya karena sebagai hamba-Ku (rnakhluk-Ku), dan ia tidak menghabiskan waktu malamnya karena bermaksiat kepada-Ku, menghabiskan waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, mengasihi orang miskin, ibnu sabil, mengasihi Anda, dan menyantuni orang yang sedang terkena musibah."

Dapatkah Anda menyaksikan adanya hubungan antara ibadah (shalat) dan akhlak (rendah hati dan kasih sayang)? Ingatlah, jika shalat Anda belum memberikan nilai-nilai kasih sayang terhadap sesama manusia, maka Anda belumlah memetik buah shalat Anda secara sempurna.

Demikian pula sedekah
Allah SWT berfirman, "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka." (QS. At-Taubah: 103).

Subhanallah, ternyata tujuan zakat adalah membersihkan diri dalam rangka proses perbaikan akhlak!

Tahukah Anda, bagaimana bisa tujuan zakat bertumpu pada moral?

“Orang yang bersedekah akan tahu kasih sayang dan kemuliaan, karena ibadah itu muaranya ke akhlak.”

Sebuah makna yang indah. Pernahkah sebelumnya Anda mendengar tentang pesan moral dalam bersedekah?

Sebernarnya sedekah itu mempunyai tipikal tersendiri. Nabi SAW bersabda, "Seryummu kepada saudaramu adalah sedekah."

Kita harus mampu menerapkan pemahaman hadits tersebut. Kita telah hafal hadits tersebut di luar kepala, akan tetapi kita tidak tahu nanya....

Janganlah pelit dalam menebar senyuman, dan bersedekahlah! Adapun kelengkapan haditsnya sebagai berikut:

"Senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah, anjuranmu untuk berbuat kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu terhadap orang yang tersesat jalannya adalah sedekah, engkau mengosongkan isi bejanamu untuk engkau berikan ke bejana saudaramu adalah sedekah, engkau menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah, engkau menunjukkan jalan bagi orang yang buta adalah sedekah, dan sedekah yang paling besar adalah seorang suami menyuapi istrinya walaupun hanya satu suapan."

Benar, pengertian sedekah saat ini telah mengalami distorsi. Sesungguhnya sedekah mampu mendorong tercapainya akhlak yang luhur. Sedekah yang sebenarnya merupakan implementasi dari akhlak. Itulah hakikat maknanya yang sebenarnya.

Demikian pula dengan puasa
Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kamu melaksanakan puasa, maka janganlah berkata kotor dan menipu. Jika seseorang mencelamu atau hendak membunuhmu, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang puasa'."

Subhanallah! Di saat sedang menjalankan puasa, hari-hari Anda dipenuhi dengan nilai moral, sampai-sampai Anda tidak dibenarkan berbuat fasik, mencaci, bersikap pandir, dan sebagainya.

Sebelumnya, telah kita ketahui pula bahwa tujuan shalat adalah perbaikan akhlak, demikian juga sedekah dan puasa! Sekarang, apakah Anda sependapat dengan saya bahwa tujuan utama ibadah adalah perbaikan akhlak?

Jika Anda masih ragu, maka ritual ibadah haji dapat menghilangkan keraguan tersebut....

Puncak tertinggi akhlak adalah haji
Allah SWT berfirman: "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafas, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji." (QS. Al-Baqarah: 197).

Ibadah haji adalah sebuah proses pelatihan yang cukup berat dalam memperbaiki akhlak. Di sana Anda akan termotivasi untuk memperbaiki akhlak. Oleh karena itu, jangan berbicara kasar, mencaci, mencela, dan menzalimi seseorang; insya Allah Anda akan selalu terangsang dan terpacu untuk memperbaiki akhlak. Ingatlah, Anda akan bermukim di tanah suci selama 20 hari dalam rangka memperbaiki akhlak.

Ada sebuah cerita yang menarik. Sebagian orang mengusulkan, untuk menghindari kepadatan berhaji; hendaknya setiap warga negara melaksanakannya pada musim yang berbeda. Konkretnya, warga Mesir pada bulan Rajab, warga Syam pada bulan Sya'ban, warga Yaman pada buIan Syawal, dan seterusnya. Arafah terdapat sepanjang tahun.

Untuk menjawab usulan tersebut tentunya amat mudah.

Setiap tahun terdapat 3 juta jamaah haji saling berkumpul dalam suasana berdesak-desakan. Justru pada saat seperti inilah saya melihat kesungguhan Anda memperbaiki akhlak, karena seluruh jamaah melempar jumrah pada waktu yang sama. Semuanya di Bukit Arafah, pada waktu yang sama.

Ketika akhlak telah menempati tangga teratas, wahai para jamaah haji, berarti Anda telah melalui proses training perbaikan akhlak di tengah-tengah kerumunan 3 juta orang selama 20 hari. Apakah Anda telah berlaku santun terhadap kedua orangtua, istri, kerabat, serta tetangga?

Sekarang, saya yakin Anda lebih percaya diri. Bukankah demikian? Saya dengar perkataan Anda, "Benar, ritual ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan haji tidak akan bernilai tanpa didasari dengan akhlak..." Lebih dulu mana?

Sebagian orang mengira bahwa yang paling krusial dalam memahami agama adalah mempelajari fikih, menghafal Al-Qur'an, ilmu terlebih dahulu, baru kemudian akhlak. Benarkah demikian? Mana yang lebih dahulu ilmu ataukah akhlak?

Allah SWT berfirman, "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikanmereka." (QS. Al-Baqarah: 129).

Ayat ini keluar dari lisan Nabi Ibrahim as., yang menerangkan bahwa ilmu lebih utama didahulukan daripada tazkiyah/penyucian jiwa dan akhlak.

Sekarang saya lihat Anda lebih ceria. Selamat untuk Anda...!

Dalam Al-Qur'an ayat tersebut ada di empat tempat: sekali disampaikan melalui Nabi Ibrahim as., sedangkan di-tiga tempat lainnya langsung difirmankan oleh Allah SWT di tempat yang berbeda.

Allah SWT berfirman: "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). " (QS. Al-Baqarah: 151).

Itulah tujuan utama kita mempelajari akhlak, agar Anda mengetahui kandungan arti hadits: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak," dan pesan ayat:

"Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya' : 107).

1 comment:

  1. Buahnya agama utusan Allah itu akhlak. Akhlakul kariimah. Akhlak yang mulia. Secara ringkas ianya akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap makhluk.

    ReplyDelete