image

image

Sunday, September 27, 2009

Disenyapkan dahulu, kerana melanggar ETIKA FORUM.

dugaan Allah kepada manusia
persangkaan orang lain yang tak mengerti
kita berasa apa entah laa
diri sendiri semuga ada Ingat ilahi rabbi

cerita belum sampai ke penghujung
di pertengahan cerita ramai ilmuan berasa canggung
tercabar mereka dengan pengetahuan yang ada
etika yang beretika tapi entahla keji atau mulia

semuga tatkala mereka mengambil tindakan itu
mereka kekal Ingat padaMU
biarlah aku yang dipersalahkan
ampuni mereka, mereka belum tahu

bulan syawal telah tiba
hari pertama di sambut gembira
kejayaan bagi yang dapat mencapai taqwa
kerugian bagi yang berpoya poya buang masa

syaitan telah bebas semula
syaitan jin susah nak nampak
syaitan manusia jelas kelihatan
semuga senantiasalah Ingat pada tuhan

siapa makan cili tak mungkin rasa manis
tetapi melihat tradisi di Siam, asam sudah menjadi manis

siapa yang tahu, rahsia mereka, pasti tak akan, menyukai yang berlawanan sunnah

semua manusia akan di uji , mahukah sentiasa Ingat Ilahi, lalu hidup untuk menuju mati, muga idaklah jahil dalam perjalanan menuju ke sana

semuga kalian mendapat tempat di sisi Allah, semuga di kasihi makhluk di dunia, di langit, semuga berjaya sebagai orang bertaqwa.

maaf ya, jika coretan kali ini, pelik tapi benar!

Thursday, September 10, 2009

ada SOAL ada JAWAb

…………………………………
……………………………………………………….
………………………..
……………………………………………………………………………………..
Bila dia tiada bertempat
Engkau pun juga kadang lupa - kadang ingat
Sedihlah yang sedikit melihat yang ramai
Awam seperti terkapai kapai
Kau pun tahu dia tersangat dekat
Dia dah beritahu ................... apa pasal aku tak ingat
Adakah sebab ‘mereka’ yang berkata, dia memang tiada bertempat

Manusia …………………. Bila sahaja keluar dari perut ibunya, AKU berikan pendengaran, Penglihatan, Suara percakapan, malahan, AKu lah yang beri kehidupan ……………….huh…………mereka bertukar menjadi makhluk yang berlainan?!

Kebenaran hanyalah daripada Tuhan

Dia isteri gua, baru ada satu laa tuan. Anak ada laa tiga
Kami bercinta, kasih sayang, pelok cium, ber gomol, main kejar mengejar, kemana pun sentiasa bersama, …………… jika tak hadir fizikal, sentiasa bersama dalam Ingatan, oh…mereka yang ku sayang, cinta, kasih, terbayang, ayu, cute, manis, wajah isteri dan anak anak.

Bahagia ke......................

Ya.......yaa, bahagia lah rasa

Boleh nak tanya sikit ya tuan?

Boleh boleh, tanyalah..........................

Di manakah Allaah?

Allah tu dekat laa dengan kita, sebagaimana ada di dalam al Quran: .Jika mereka bertanya kepadamu, tentang AKU, katakanlah, Aku dekat, dan Aku mengabulkan permohonan orang yang memohon kepadaKU..........

Al Baqarah [186] ( daripada http://www.iiu.edu.my/deed/quran/malay/ )
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul.

Itu............Allah menyeru kita agar beriman kepada NYA, iaitu, hendaklah sentiasa Ingat akan Allaah, semuga kita boleh menjadi baik serta betul

Terima kasih tuan
Boleh tuan cerita, yang hampir tu, apedia, atau yang dekat tu, apa dia,..........?

Yang dekat tu, yang bersatu dalam tubuh manusia, Ruh dari AKU, tempat yang tak ada RUH, tak akan rasa apa apa – gunting rambut, potong kuku –
Bila kita Insafi, Segala galanya adalah Ciptaan Allaah, jadi jika semuanya ciptaan Allah, dekatlah tu Allah dengan kita.

Berserah diri bulat bulat kepada Allah = Islam , lihat diri kita, Nikmat Allah beri kita, boleh melihat, nikmat Allah beri kita boleh dengar, kita boleh bergerak, boleh menaip, boleh berbuat segalanya, masalahnya, kita yang tak sedar! Ingat idak, sekiranya nak dirikan solat hendaklah SEDAR, tak wajib bila terlena, bila gila, bila dah jadi mayit, SEDAR tu ialah Ingat akan Kebesaran Allah, bila ingat tu tentulah Dia yang terdekat, walau tak ingat pun, hakikatnya, semuanya dari Allah lah, itu pasal, sangat marah lah Allah jika kita sekutukan Dia dengan sesuatu yang lain. Itulah sebabnya bila kita kufur, kita di katakan telah berbuat zalim dengan diri sendiri. Kita di kata telah bertuhankan nafsu, semuanya Allah ciptakan, hendak menguji kita, mahukah akal, berfikir, mahukah Ingat, subhanallah.

Terima kasih tuan

Saya sambung ya, Ingat kita tu berkehendak kepada Ilmu, sebab itulah di wajibkan mencari Ilmu. Keutamaan ilmu ialah, Ilmu Ketuhanan, Ilmu Tauhid, perukunan, semuga satelah itu, kita boleh menjadi seperti sahabat sahabat nabi, yang sebelum mereka Dengar dan Taat kepada nabi, mereka lebih teruk, miskin, lemah diri, tak beriman. Satelah usaha nabi selama 13 tahun tu masuk ke dalam diri mereka, mereka menjadi sahabat yang berjuang jiwa raga, harta, segalanya di curahkan ke jalan Allaah.

Miliki Ilmu itu, kita akan mengetahui, kita akan sedar, Ingat kepada Allah, semuga bolehlah, menilai, lalu memilih kebaikan.

Hari ini, umat manusia hilang kekuatan, keupayaan menilai dan memilih kebaikan, kerana dunia dan permainan didalamnya, menjadikan manusia nafsu nafsi, opportunist, demikianlah juga umat Islam, Hikmah telah hilang dari dada.
Hikmah atas diri tu, satelah berilmu, ada Ingatan kepada Allah, lalu berfikir, menilai, dan memilih kebaikan.

Bila keupayaan itu hilang, maka kita menjadi manusia mengikut arus sahaja. Bagaimana pun, jika ada Ingat Allah, tentu saja akan berjumpa dengan taufik hidayah.
Begitulah dalam kitab Hikam, menyatakan, kadangkala Allah nak perkenalkan dirinya melalui jalan Maksiat – sebab itu, Hidayah Allah akan bertemu manusia yang mahu berfikir, dan tidak putus asa daripada Rahmat Allaah.

Allah yang Dekat dengan manusia, manusia yang sedar dan telah melekat keyakinan atas kesedaran diri dan insaf, akan berjaya untuk menjadi manusia yang terbaik, Sahabat Rasulullah dulu sanggup berjuang, bermati matian, mati syahid, kerana yakin dengan Muhammad SAW dan yakin dengan janji janji Allaah.

Keberanian, kerana Allah ada bersama, demikianlah, tiada daya dan upaya, melainkan dengan Allah bersama.

Bukan kamu yang type tu dol,............................................!

Dia - keTinggian NYA

Joooom teroPONG

Alquran, hadits shohih dan naluri serta cara berpikir yang sehat akan mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas Arsy.

Allah berfirman (yang artinya), "Allah yang maha pengasih itu ‘istiwa’ di atas Arsy" (Taha:4). Sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhary, para tabiin menafsirkan istiwa dengan naik dan meninggi.

Allah berfirman (yang artinya), "Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di Langit? Dia akan menjugkir-balikkan bumi bersama kamu" (Al Mulk:16). Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang dimaksud dengan ‘Yang di langit’ adalah Allah seperti yang dituturkan dalam kitab tafsir Ibnul Jauzy.

Firman Allah (yang artinya), "Orang-orang takut kepada Tuhannya yang di atas mereka" (An Nahl:150).

Firman Allah tentang Nabi ‘Isa Alaihis Salam (yang artinya),"Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya"(Annisa 150). Maksudnya Allah menaikkan nabi ‘Isa Alaihis Salam ke langit.

Allah berfirman (yang artinya), "Ialah Allah yang ada di langit-langit" (Al An’am:3). Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut, "mufassirin sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan bahwa kita tidak akan berkata seperti perkataan Jahmiyah (golongan sesat) yang mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat. Mahasuci Allah dari ucapan mereka."

Adapun firman Allah (yang artinya), "Dan Allah selalu bersamamu dimana kamu berada" (Al-Hadid:4). Yang dimaksud adalah Allah itu selalu bersama kita (pengawasan-Nya) dimana Allah mendengar dan melihat kita, seperti keterangan dalam tafsir Ibnu Katsir dan kitab Jalalain.

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam mi’raj ke langit ke tujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu (riwayat Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), "Kenapa kamu tidak mempercayaiku? Padahal aku ini dipercaya oleh Allah yang berada di atas langit" (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit(Allah) akan menyayangimu" (Riwayat Tirmidzi).

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menanyai seorang budak wanita, "dimanakah Allah?".Jawabnya,"Di langit !". Rasulullah bertanya," Siapa saya?". Dijawab lagi, "Kamu Rasulullah". Lalu Rasulullah bersabda, "merdekakanlah ia, karena dia seorang mukminah".

Sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), "Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas arsy. Allah mengetahui keadaan kamu."

Abu Bakar As Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu berkata (yang artinya), "Barang siapa menyembah Allah maka Allah berada di langit,ia hidup dan tidak mati" (riwayat Imam Ad Darimy dalam Al Radd Alal Jahmiyah).

Abdullah bin Mubarak pernah ditanya (yang artinya), "Bagaimanakah kita mengetahui Tuhan kita?". Maka Beliau Menjawab,"Tuhan kita di atas langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluk-Nya". Maksudnya Dzat Allah berada di atas arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluk-Nya, dan keadaannya di atas arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.

Iman Abu Hanifah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah itu di atas Arsy". Beliau Rahimahullah menerangkan hal itu dalam kitabnya Al Ilm wal Muta’allim.

Orang yang sedang sholat selalu mengucapkan, "subhana Robbiyal ‘Ala…". (maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdoa ia juga mengangkat tagannya dan menengadahkan ke langit.

Anak kecil ketika ditanya dimana Allah, mereka akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah berada di langit.

Otak yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di langit. Seandainya Allah berada di semua tempat (dimana-mana), niscaya Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada di SEGALA TEMPAT, berarti Allah juga berada di tempat-tampat yang najis dan kotor. Maha suci Allah dari semua anggapan itu.

*@* Allah berserta manusia / makhluk - hanya yang berakal akan dapat manfaat - membuktikan bahawa manusia yang dapat miliki ilmu ketuhanan akan beroleh manfaat yang terbaik. Kerana itulah perjuangan meng Esa kan Allah itu yg terlebih memakan masa di dalam sirah Rasulullah. semuga dapatlah kita memahami. Dapatlah kita mengerti. Semuga dapatlah kebaikan. fikirkanlah ya!

Sunday, September 6, 2009

naSIHAT - FIkirKAN

................. berkenaan isu-isu yang telah terlanjur terdengar tentang fitnah-fitnah yang menyebar, maka bagaimana sikap kita terhadap jamaah persatuan yang di tuduh sesat itu. Apakah benar tuduhan bahawa mereka adalah ahlul bid’ah, bolehkan kita mengambil ilmu dari mereka, misalnya dari tulisan-tulisan mereka.

Jawaban:

Ikhwani fillah rahimakumullah, terutama bagi yang bertanya tentang masalah ini.
Yang ingin kami sampaikan kepada saudara, yang pertama bahwa hendaknya
anda bertakwa kepada Allah azza wa jalla di dalam mengambil ilmu. Artinya
ambillah dari orang-orang yang kita percaya dari keilmuan mereka, manhaj dan
aqidah mereka.

Kemudian yang kedua, bahwasanya yang wajib anda pelajari adalah bahwa
hendaknya anda belajar ilmu yang banyak. Anda mempelajari ilmu ini dengan
benar dalam masalah aqidah, dalam masalah manhaj, dalam masalah muamalah
dan lain-lain sebagainya.
Insya Allah dengan bekal ilmu yang anda miliki anda akan bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Dengan demikian, apabila anda melihat suatu buku dari siapapun bukunya, entah dari jamaah persatuan ini atau yayasan itu atau dari hizbi yang mana ataupun yang mana. Maka apabila seseorang memiliki ilmu, dia akan mengetahui arah pembicaraan yang ada di dalam kitab itu.
Oleh karena itu yang ingin saya sampaikan kepada –terutama baik yang hadir saat ini maupun yang mengikuti pengajian ini- hendaknya kalian betul-betul belajar aqidah yang benar, manhaj yang benar dari orang-orang yang bisa dipercaya. Dengan demikian anda bisa mengetahui apabila mendengar suatu pembicaraan ke arah mana pembicaraan itu.
Seorang yang berilmu akan tahu, mana orang yang sururi, mana yang bukan sururi, mana yang ahlul bid’ah asy’ari mana yang bukan asy’ari, mana yang maturidi mana yang bukan maturidi, mana yang mengajak kepada wala kepada yayasan mereka mana yang tidak mengajak untuk wala kepada yayasan mereka. Ini, apabila seseorang memiliki ilmu, dia akan mengetahuinya.

Adapun jamaah persatuan yang dituduh sesat seperti yang anda sebutkan dalam kaitan ini, seperti As-S***a, kami mengatakan yang sebenarnya kepada yang bertanya ini bahwa ,dengan ilmu yang anda miliki, anda bisa menilai apa yang mereka kerjakan.
Karena tidak ada suatu jamaah persatuan pun yang kita lihat di zaman ini yang murni
seratus persen bersih dari hal-hal seperti hizbiyah atau pembelaan terhadap
suatu kelompok tertentu, ini tidak lepas dari itu semuanya. Kecuali hanya sedikit
–satu dua diantara itu- maka dari itu, apabila – jamaah persatuan itu tatkala mereka memberikan ilmu atau memberikan bantuan atau memberikan yang lainnya dengan tekanan, maka anda wajib menolaknya. Apabila ada tekanan. Tapi selama itu bersifat bantuan yang insya Allah tidak mengganggu aqidah anda, tidak mengganggu manhaj anda dan anda bisa berjalan berdakwah dengan benar atau mendapat ilmu dengan benar, maka sebatas itu anda boleh membaca kitab mereka. .


Boleh membaca kitab mereka, selama kitab mereka selamat dan bantuan-bantuan
yang mereka berikan tidak ada tekanan. Dan dengan belajar insya Allah anda
akan bisa mengetahui mana yang haq dan mana yang batil, mana yang sururi
dan mana yang bukan sururi.
Kami pun tidak lepas dari tuduhan-tuduhan itu, tapi kami yakin bahwa yang menuduh kami seperti itu adalah orang-orang yang hasad kepada kami, yang dengki kepada kami. Kemudian mereka mendatangkan bukti-bukti yang tidak bisa membedakan mana yang mahad Al-Irsyad dan mana yang disebut organisasi atau jam’iyah Al-Irsyad. Kami pun terkena dengan fitnah-fitnah seperti ini, tetapi kami tetap berjalan. Sebagaimana dikatakan oleh pepatah dalam bahasa Arab: ‘anjing terus menggonggong dan kafilah tetap berjalan’.
Ini peribahasa dari bahasa Arab.
Kita banyak disibukkan oleh hal-hal seperti ini di dalam berdakwah. Mereka
memfitnah dengan fitnahan-fitnahan yang tidak benar, yang hanya hasad dan
dengki yang ada pada mereka dan tidak terbukti.
Kalaupun ada satu hal dua hal yang mungkin seorang manusia bisa saja dia melanggar, maka kami katakan bahwa kita pun manusia biasa, kita bukan malaikat. Dan yang jelas kita tidak ridha terhadap kesalahan, kita tidak ridha kepada kemungkaran, kita tidak ridha kepada hizbiyah, tetapi kita berkewajiban untuk berdakwah kepada manusia agar mereka berjalan kepada jalan yang benar.

Maka fitnahan-fitnahan seperti ini hendaknya anda tabayyun kepada orangnya.
Hendaknya anda mendengar dan tabayyun kepada orang yang disebutkan
namanya atau jamah persatuan yang disebutkan.

Intinya bahwa saya ingin nasihatkan kepada anda agar anda tidak banyak disibukkan oleh hal-hal seperti ini, yang membuat anda nanti tidak mempunyai ilmu dan akhirnya anda tidak bisa mendapatkan ilmu dari siapapun.
Intinya anda belajar ilmu, insya Allah anda bisa membedakan mana yang haq mana yang batil.
Tapi ketahuilah bahwasanya kitapun harus mengetahui, seperti jamaah persatuan yang anda sebutkan ini, mereka orang Muslimin. Kalau mereka salah kita ingatkan. Kita berkewajiban untuk mengingatkan. Kalau kita sudah mengingatkan, mereka tetap berjalan kepada jalannya, kita terlepas dari hal itu.
Tapi kita tidak bisa kemudian mengatakan kepada mereka, kita tidak boleh salam kepada mereka, kita harus bara’ seperti bara’-nya seorang Muslim kepada orang kafir. Tidak demikian. Itu bukan manhajnya para salaf.
Kita wajib menasihati kepada mereka dan mengajak mereka kembali kepada jalan yang benar.

Saturday, September 5, 2009

IsTiWa di atas

A. Dalil Sifat Istiwa’

Sifat istiwa’ adalah salah satu sifat Allah yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk diriNya dalam tujuh ayat Al-Quran, yaitu Surat Al-A’raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra’d: 2, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4 dan Al-Hadid: 4, semuanya dengan lafazh:

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya:

“Kemudian Dia berada di atas ‘Arsy' .”

Dan dalam Surat Thaha 5 dengan lafazh:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya:

“Yang Maha Penyayang di atas ‘Arsy berada' .”

1. Hadits Abu Hurairah rodiallahu’anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ -فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ- إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي

“Ketika Allah menciptakan makhluk (maksudnya menciptakan jenis makhluk), Dia menuliskan di kitab-Nya (Al-Lauh Al-Mahfuzh) – dan kitab itu bersama-Nya di atas ‘Arsy ' – : “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Hadits Abu Hurairah rodiallahu’anhu bahwa Nabi shollallahu’alaihiwasallam memegang tangannya (Abu Hurairah) dan berkata:

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنَّ اللهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرَضِيْنَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa-apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia berada di atas ‘Arsy .” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra, dishahihkan Al-Albani dalam Mukhtasharul ‘Uluw)

B. Arti Istiwa’

Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab – yang dengannya Allah menurunkan wahyu – berarti (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Tidak ada yang memahaminya dengan arti lain di kalangan salaf dan ahli bahasa.

Adapun ‘Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan. ‘Arsy adalah makhluk tertinggi. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

“Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari)


C. Beberapa Peringatan Penting

Pertama:
Istiwa’ adalah hakikat dan bukan majas. Kita bisa memahaminya dengan bahasa Arab yang dengannya wahyu diturunkan. Yang tidak kita ketahui adalah kaifiyyah (cara/bentuk) istiwa’ Allah, karena Dia tidak menjelaskannya. Ketika ditanya tentang ayat 5 Surat Thaha (الرحمن على العرش استوى), Rabi’ah bin Abdurrahman dan Malik bin Anas mengatakan:

الاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَاْلكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَالإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ.

“Istiwa’ itu diketahui, kaifiyyahnya tidak diketahui, dan mengimaninya wajib.” (Al-Iqtishad fil I’tiqad, Al-Ghazali)

Kedua:
Wajib mengimani dan menetapkan sifat istiwa’ tanpa merubah (ta’wil/tahrif) pengertiannya, juga tanpa menyerupakan (tasybih/tamtsil) sifat ini dengan sifat istiwa’ makhluk.


Ketiga:
Menafsirkan istawa (اِسْتَوَى) dengan istawla (اِسْتَوْلَى) yang artinya menguasai adalah salah satu bentuk ta’wil yang bathil.

Penafsiran ini tidak dikenal di kalangan generasi awal umat Islam, tidak juga di kalangan ahli bahasa Arab. Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa penafsiran ini pertama kali dimunculkan oleh orang-orang Jahmiyyah dan Mu’tazilah.
Mereka ingin menafikan sifat keberadaan Allah di atas langit dengan penafsiran ini. Kita tidak menafikan sifat kekuasaan bagi Allah, tapi bukan itu arti istiwa’.

kesimpulannya, jika Allah idak bertempat, peliklah, sebabnya jika tak ada tempat manusia tu merempat, Allah dengan kesempurnaan, eloklah di atas segala galanya, muga mengerti, dan mahulah tunduk patuhi perentah Allah.

dengan apa kita Hidup, dengan Allah lah, walaupun memakan makanan, dan menghirup oksijan, tetapi oksijan tu hanyalah bahasa sains, sebenarnya ialah ruh luhur yg memberi kehidupan, di bumi ni saja sesuai untuk manusia, se eloknya kajilah dalam diri sendiri, waktu

Friday, September 4, 2009

Dekat tanpa sempadan, Jauh tak bertepi

mari kita semak al Quran:

"Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (Surat Qaaf , ayat 16)

" Tuhan kamu (Allah) berfirman,"Berdoalah kepadaKu , niscaya Aku perkenankan bagimu." Sesungguhnya orang-orang yang takabur dari menyembahKu , mereka akan masuk jahannam dalam keadaan terhina" (Surat Al Mu'min ,ayat 60)

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) , sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Sebab itu hendaklah mereka memohon perkenan kepadaKu dan berimanlah kepadaKu , supaya mereka memperoleh petunjuk." (Surat Al Baqarah , ayat 186).


1. Dalam Surat Al Baqarah ayat 186 , terdapat kata 'ibaadi , yang diterjemahkan menjadi hambaKu. Rupanya ada keterbatasan kosa kata dalam bahasa melayu/Indonesia , sehingga dua kata Arab 'ibaadi dan abid , sema-sama diterjemahkan menjadi hambaKu.

Padahal ada perbedaan kontekstual yang cukup penting di antara keduanya. Allah akan menyebut abid untuk hambaNya secara umum , sementara 'ibaadi diperuntukkan untuk hambaNya yang khusus.
Kekhususan makna hamba dalam kata-kata 'ibaadi , tercermin dalam lanjutan ayat 186 tersebut, yaitu yang dirinya dekat dengan Allah , yang Allah akan memperkenankan doanya bila dia berdoa.
Allah SWT senantiasa dekat dengan kita , tercermin dalam tiga ayat di atas , persoalannya apakah kita dapat merasakannya , atau tidak , yang intinya kita , sebagai manusia ciptaanNya akan merasakan kedekatan dengan Allah bila kita telah menjadi 'ibaad , yang senantiasa memelihara keimanan dengan senantiasa memohon perkenan dariNya dan hidayahNya.

berkata tuan yg menulis tentang itu: iaitu adalah dia saudara Sigit Haryadi:

2.Tulisan ini dibuat , karena saya tergelitik oleh seringnya saya dengar ucapan dari saudara-saudara seiman sebagai berikut : Semoga Tuhan senantiasa dekat denganmu. Padahal Allah sudah menyebutkan bahwa Dia senantiasa sudah dekat dengan kita, tetapi karena ada kekurangan kita yang menyebabkan kita tidak mampu merasakannya. Kiranya lebih baik diganti dengan ucapan :"Semoga engkau senantiasa dapat merasakan kedekatan dengan Allah, maka peliharalah imanmu, dan berdoalah agar Allah senantiasa melindungi mu dengan cahaya hidayah NYA

** terimakasih ya tuan, semuga di terima Allah amal yang sedikit ini

Syariat , Hakikat, Makrifat, itu berSATU

Apakah makna syariat, hakikat , makrifat itu ?


Sebenarnya syariat itu tidak boleh dipisahkan dengan hakikat dan makrifat.
Karena dibalik syariat itu ada hakikat ….seperti wujud gula tidak boleh dipisah dengan manisnya… Jika ada orang yang memakan gula namun tidak merasakan "manis" maka berarti ada yang salah atas lidah orang itu, ... mungkin sedang sakit (sariawan).

Begitu pula orang yang melakukan shalat, jika dia tidak merasakan apa-apa dalam shalatnya, maka jelas ada yang salah didalam hatinya, ... mungkin hatinya
sedang sakit, sehingga tidak mampu menangkap kelazatan shalat tersebut … Hatinya tertutup karena tidak mendapat sinar ilahi.



Hakikat itu adalah kebenaran atas syariat itu sendiri, misalnya ada nash yang menyatakan bahwa "berpuasalah maka niscaya kalian akan sehat". Kalimat ini adalah teks syariat, yang jika kita melakukan puasa dengan benar, ... dan ternyata kita mendapatkan manfaat dari puasa, seperti merasa badan lebih sehat dari sebelumnya… Dan para pakar menyatakan, bahwa memang puasa itu menyebabkan sehat bagi tubuh manusia maupun mental ….. Hal inilah yang dimaksud dengan hakikat / rahasia dibalik syariat atau firman.



Kalau anda mendapatkan manfaat itu, maka anda adalah orang yang disebut yang mengetahui (atau makrifat atas kebenaran ayat tersebut), bukan mengakui secara intelektual saja akan tetapi mengetahui secara transendental.



Setiap syari'at itu mengandung hakikat dan didalam hakikat itu ada pengetahuan atau makrifat…tidak boleh dipisahkan.



Syariat : membahas aspek dalil atau nash, seperti aqimush shalata wa atuz zakata (dirikanlah shalat dan bayarlah zakat ( An nisa': 77 )



Thariqah : membahas aspek praktis dan kesempurnaannya, bagaimana takbir yang baik, rukuk yang baik, sujud yang baik serta mengatur perjalanan rohani agar tidak menyimpang dari shalat.



Hakikat : membahas aspek ruhiyah, masalah hikmah atau dampak dari pelaksanaan syariat, seperti dalam "inna shalata tanha anil fahsyai wal munkar", sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Al Ankabut :45), untuk itu bagi orang yang shalat namun ia tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka orang tersebut tidak mendapatkan hakikat dari shalat, sehingga Allah mengkritik pelaku shalat dalam surat Al Maun : 4-6) :



"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) oang-orang yang lalai dari shalatnya, yaitu orang-orang yang berbuat riya"



Ma'rifat : adalah orang yang telah mengalami keadaan shalat tersebut secara transenden, orang yang merasakan manisnya iman, ... orang yang merasakan kelezatan shalat dan orang yang mengetahui tentang Allah (makrifatullah)



Ilmu makrifat adalah ilmu yang membahas masalah sifat, asma, af'al dan dzat Allah.



Dengan demikian sangatlah tidak relevan jika istilah-istilah itu menjadikan ummat berpecahan, ... yang mungkin terjadi adalah, perbedaan pengalaman dalam mejalani syariat tsb. Ada yang merasa bahwa syariat itu memberikan dampak kepada jiwanya sehingga hatinya menjadi damai, ... ada sebagian orang tidak merasakan apa-apa dalam bersyariat, bahkan syariat itu menjadi beban bagi dirinya. Perbedaan itu seharusnya menjadi koreksi bagi kita semua ….benarkah syariat itu.