image

image

Tuesday, February 2, 2010

RASULULLAH – Muhammad – Ketua kami (b)

KETIKA SAKARATUL MAUT:

Seterusnya Rasulullah saw bersabda:

“Beritahu kepadaku wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisiNya?”

Jibril pun menjawab:

“Bahwasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”

Baginda saw bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku?”

Jibril menjawab lagi: “Bahwasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah

berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”

Baginda saw bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang disediakan Allah untukku?”

Jibril menjawab: “Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Segala puji dan syukur aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang kabar yang menggembirakan aku.”

Jibril a.s. bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?”

Rasulullah saw menjawab: “Tentang kegelisahanku. Apakah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”

Jibril menjawab: “Saya membawa kabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman:

Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”

Maka berkatalah Rasulullah saw: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku.”

Lalu Malaikat Maut pun mendekati Rasulullah saw



Ali r.a. bertanya:

“Wahai Rasulullah saw, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya?”

Rasulullah menjawab: “Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu

Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.”


Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah saw. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata:

“Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril a.s. memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah saw bertanya:

“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku?”

Jibril menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”

Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah saw.


KESEDIHAN SAHABAT:

Berkata Anas r.a.:

“Ketika aku lalu di depan pintu rumah Aisyah r.a., aku terdengar dia sedang menangis sambil mengatakan: Wahai orang-orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai orang-orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang-orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir.”

Dikisahkan dari Said bin Ziyad dari Khalid bin Saad, bahwasanya Muaz bin Jabal r.a.telah berkata: “Rasulullah saw telah mengutusku ke Negeri Yaman untuk memberikan pelajaran agama di sana. Maka tinggallah aku di sana selama 12 tahun. Pada satu malam aku bermimpi dikunjungi oleh seseorang. Kemudian orang itu berkata kepadaku:

Apakah anda masih terlena tidur juga wahai Muaz, padahal Rasulullah saw telah berada di dalam tanah?”

Muaz terbangun dari tidur dengan rasa takut, lalu dia mengucapkan:

“A’uzubillahi minasy syaitannir rajim.”

Lalu setelah itu dia mengerjakan solat.

Pada malam selanjutnya, dia bermimpi seperti mimpi malam yang pertama.

Muaz berkata:

“Kalau seperti ini, bukanlah dari syaitan.”

Kemudian dia memekik sekuat-kuatnya,shg didengar sebagian penduduk Yaman. Pada keesokan harinya,orang ramai berkumpul lalu Muaz berkata kepada mereka:

“Malam tadi dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sukar untuk difahami.Dahulu, bila Rasulullah saw bermimpi yang sukar difahami, baginda membuka Mushaf (al-Quran). Maka berikanlah Mushaf kepadaku.”

Setelah Muaz menerima Mushaf,lalu dibukanya.Maka nampaklah firman Allah yang artinya:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.”

(Surah Az-Zumar: ayat 30)


Maka menjeritlah Muaz, sehingga dia tidak sadarkan diri.Setelah dia sadar kembali,

dia membuka Mushaf lagi dan dia nampak firman Allah yang berbunyi:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada orang-orang yang bersyukur?”

(Surah Al-lmran: ayat 144)


Maka Muaz pun menjerit lagi: “Aduhai Abal-Qassim. Aduhai Muhammad.”

Kemudian dia keluar meninggalkan Negeri Yaman menuju ke Madinah. Ketika dia akan meninggalkan penduduk Yaman, dia berkata:

“Seandainya apa yang ku lihat ini benar, maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan kita akan menjadi seperti biri-biri yang tidak ada pengembala.”


Kemudian dia berkata:

“Aduhai, sedihnya berpisah dengan Nabi Muhammad saw.”

Lalu dia pun pergi meninggalkan mereka. Di saat dia berada pada jarak lebih kurang tiga hari perjalanan dari Kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya suara halus dari tengah-tengah lembah yang mengucapkan firman Allah yang artinya:

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”

Lalu Muaz mendekati sumber suara itu. Setelah berjumpa,Muaz bertanya kepada

orang tersebut:

“Bagaimana khabar Rasulullah saw?”

Orang tersebut menjawab:

“Wahai Muaz, sesungguhnya Muhammad saw telah meninggal dunia.”

Mendengar ucapan itu, Muaz terjatuh dan tak sadarkan diri. Lalu orang itu

menyadarkannya. Dia memanggil Muaz:

“Wahai Muaz, sadarlah dan bangunlah.”

Setelah Muaz sadar kembali, orang tersebut lalu menyerahkan sepucuk surat untuknya yang berasal dari Abu Bakar As-siddiq, dengan cop dari Rasulullah saw. Tatkala Muaz melihatnya, dia lalu mencium cop tersebut dan diletakkan di matanya. Kemudian dia menangis tersedu-sedu.

Setelah puas dia menangis, dia pun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Madinah. Muaz sampai di Kota Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan azan Subuh. Bilal mengucapkan: “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah?”

Muaz menyambungnya:

“Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah.”

Kemudian dia menangis dan akhirnya dia jatuh dan tak sadarkan diri lagi.

Pada saat itu, di samping Bilal bin Rabah ada Salman Al-Farisy r.a.

lalu dia berkata kepada Bilal:

“Wahai Bilal, sebutkanlah nama Muhammad dengan suara yang kuat dekatnya. Dia adalah Muaz yang sedang pingsan.”

Setelah Bilal selesai azan, dia mendekati Muaz, lalu dia berkata:

“Assalamualaika, angkatlah kepalamu wahai Muaz, aku telah mendengar dari Rasulullah saw, baginda bersabda: Sampaikanlah salamku kepada Muaz.”

Maka Muaz pun mengangkatkan kepalanya sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahwa dia telah menghembuskan nafas yang terakhir.

Kemudian dia berkata:

“Demi ayah dan ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada baginda, ketika baginda akan meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal ?

Marilah kita pergi ke rumah isteri baginda Siti Aisyah r.a.”

Setelah sampai di depan pintu rumah Siti Aisyah, Muaz mengucapkan:

“Assalamualaikum ya ahlil bait, wa rahmatullahi wa barakatuh.”

Yang keluar ketika itu adalah Raihanah, dia berkata:

“Aisyah sedang pergi ke rumah Siti Fatimah.”

Kemudian Muaz menuju ke rumah Siti Fatimah dan mengucapkan:

“Assalamualaikum ya ahlil bait.”

Siti Fatimah menyambut salam tersebut, kemudian dia berkata:

“Rasulullah saw bersabda: Orang yang paling alim di antara kamu tentang perkara halal dan haram adalah Muaz bin Jabal. Dia adalah kekasih Rasulullah saw.”

Kemudian Fatimah berkata lagi:

“Masuklah wahai Muaz.”

Ketika Muaz melihat Siti Fatimah dan Aisyah r.a., dia terus pingsan dan tak sadarkan diri. Setelah dia sadar, Fatimah lalu berkata kepadanya:

“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sampaikanlah salam saya kepada Muaz dan kabarkan kepadanya bahwasanya dia kelak dihari kiamat sebagai imam ulama.”

Kemudian Muaz bin Jabal keluar dari rumah Siti Fatimah menuju ke arah kubur Rasulullah saw.



Abu Bakar lalu berlutut di samping kursi.Tangannya membuka kain penutup wajah Nabi.Beberapa saat lamanya ia terpaku memandang wajah Nabi yg indah.Abu Bakar menarik nafas panjang sambil berbisik

“Wahai junjunganku.Alangkah tampan wajahmu ketika masih hidup dan alangkah tampan wajahmu ketika mati.Seandainya engkau tidak melarang, tentu aku meratapimu lantaran beratnya akan perpisahan ini.

Titisan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya.Dia kini menyaksikan sendiri,Betapa Rasul yang amat dicintainya telah kembali ke hadirat Ilahi.Tiba-tiba dia teringgat kepada Umar lalu

berkata:

“Demi Allah ,tidak akan ada dua kematian kepadamu,ya Rasulullah”.

Ditutup kembali kain panjang itu ke kepala baginda yang mulia,Abu Bakar kemudian bangun dan melangkah keluar dengan tenang.Ia menjumpai Umar Al Khatab dan menerangkan keadaan yang sebenarnya.Abu bakar terus melangkah ketempat Umar.Dari jauh Abu bakar melihat Umar yang tinggi tegap,bediri di bawah terik matahari.Orang banyak bertanya-tanya kebinggunan.Apakah benar berita yang mereka dengar?.Atau apa Umar yang benar?

Abu Bakar tahu perasan Umar yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul.Dia sendiri sedang bergelut dengan kesedihan yang amat dalam.Lalu dia pun berseru dengan nyaring.Seruan itu ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada Umar.

“Barang seiapa menyembah Nabi Muhammad ,sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat.Dan barang siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan abadi selama-lamanya.”

Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:

“Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal dunia atau terbunuh,kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu?.Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang,tidak sedikit pun menimbulkan kerugian kepada Allah SWT.Dan Allah akan menganjarkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur.”

(Ali Imran:144)


Tiba-tiba …Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya.Tangannya menjulur kebawah bagaikankehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badanya.Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan oleh Rasul kepada mereka. Kini hatinya benar-benar tersentak. Tidak ada alasan lagi untuk dia menolaknya. Bukankah ia keluar dari mulut ‘As Siddiq’,orang benar lagi membenarkan!


“Oh benarlah baginda telah pergi untuk selama-lamanya.Kau pergi meninggalkan kami yang amat mencintaimu,”rintih hati Umar.


Dan tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh hati umat sehingga akhir zaman.Kecintaan orang beriman kepada Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas dasar iman itu tetap lestari dan abadi.

Baginda telah berangkat dengan tenang meninggalkan umatnya yang telah dibekalkan dengan panduan hidup yang kukuh yaitu dua pusaka,Al-Quran dan sunnah.Dan tidak sesat umatnya apabila tetap berpegang teguh kepada dua pusaka tersebut.

“Aku tinggalkan kepada mu dua pekara,barangsiapa berpegang kepada kedua-duannya,tidak akan sesat selama-lamanya,yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”

(Riwayat Ibnu Abdi Bar)


JUBAH ROSULULLOH SAW

Angin gurun yang gersang menerpa ke dalam udara Madinah yang mula sejuk. Abu Abbas r.a seorang sahabat setia Rasulullah SAW duduk merenung.Cintanya pada Rasulullah begitu besar.Sedangkan imannya dirasakan terlalau tipis untuk dapat menanggung duka berpisah dengan orang yang dicintai…..yaitu Rasulullah.Abu Abbas terkenang bagaimana ia mula-mula tertarik untukmemeluk Islam.

Satu demi satu musuh gugur di bawah debu peperangan.Keberanian mereka hancur. Semangat mereka untuk berperang kian redup.Yang tinggal hanyalah ketakutan dan kehilangan kepercayaan diri sendiri.Sehingga dalam waktu yang singkat,musuh terdesak mundur dan akhirnya masing-masing lari untuk menyelamatkan diri. Dari atas bukit Uhud, Abu Abbas melihat Rasulullah perlahan-lahan kembali memegang komando perang. Seluruh anggota tentara coba mengejar tentara Quraisy yang bertebaran lari ketakutan.

Tetapi sungguh mengagumkan dan mengherankan, Rasulullah mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar mereka menghentikan pengejaran dan memerintahkan pedang dan panah diletakkan kembali ke sarungnya. Di tengah-tengah kejayaan itu Rasulullah lalu menyerukan satu peringatan, Firman Allah SWT yang maksudnya :

“Bahawasanya perangilah karena Allah orang-orang yang memerangi kamu saja dan jangan kamu lakukan dengan berlebihan.karena Allah tidak menyukai kamu yang melampaui batas” (Al Baqarah : 190)

Adakah kemuliaan yang lebih agung dari sikap yang telah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW? Dengan kemenangan tersebut baginda masih mampu mengendalikan diri dan suasana serta memberi kemaafan. Padahal Sayidina Hamzah,pamannya terbunuh dalam keadaan aniaya.Padahal sahabat terdekat baginda berguguran di tangan musuh dengan kejamnya. Tujuh puluh orang telah gugur di medan perang.Namun Rasulullah tidak bersikap membalas dendam dengan menghancurkan semua musuh yang tidak berdaya.

“Adakah dimuka bumi ini orang yang akhlaknya semulia budi pekerti Nabi Muhammad SAW?”Bisik hati Abu Abbas ketika itu. Abu Abbas berdiri kaku dipuncak gunung batu.Hatinya yang keras sekeras batu karang mulai cair dan lembut.Bukan oleh terik padang pasir yang mendidih.Tetapi oleh kelembutan hati pemimpin yang yang tetap senyum meskipun wajahnya berlumuran darah.Yang menatap ramah walaupun pipinya luka terkena senjata musuh.

Kasih Abu Abbas semakin subur kepada Rasulullah menyaksikan jiwa dan hati baginda begitu besar dan lapang .Ini terpancar ketika baginda berhadapan dengan Abdullah bin Ubai yang terkenal sebagai pemimpin kaum munafiq.

Ketika akhir hayatnya ,Abdullah Bin Ubai ditimpa sakit keras.Dengan bibir gemetar yang semakin membiru,Abdullah bin Ubai meminta kepada anaknya agar dipanggilkan Rasulullah.Ia ingin didoakan oleh Rasulullah.Abu Abas yang menyaksikan peristiwa itu beranggapan mustahil Rasulullah mau datang menemui tokoh munafiq tersebut.Ternyata dugaan Abu Abbas meleset,.Rasulullah datang bersama Umar Al Khattab.Kepada Rasulullah ,Abdullah bin Ubai memohon agar baginda bersedia melepaskan jubahnya dan meyelimuti dengan jubah tersebut.Kalau pun dengan berselimut jubah itu tidak juga menyembuhkan penyakitnya,Abdullah masih berharap biarlah ia mati dengan berselimutkan jubah Rasulullah.

Dengan penuh kasih sayang Rasulullah menunaikan permintaan Abdullah bin Ubai. Sehingga akhirnya Abdullah meninggal dunia dalam penderitaan dan kesakitan dibawah jubah Rasulullah.

Peristiwa itu membuat Sayidina Umar bertanya-tanya.Ia tidak menyangka Rasulullah akan berbuat sejauh itu terhadap ketua munafiq yang telah banyak menabur fitnah dan perpecahan dikalangan umat Islam. ” Alangkah beruntungnya Abdullah bin Ubai,Ia meninggal dunia dengan berselimutkan jubah baginda yang suci.Para sahabat yang setia pun belum tentu mendapat keistimewaan itu”ucap Umar.

Rasulullah tersenyum penuh kearifan dan kasih sayang, Dengan nada yang lembut baginda menjawab : “Sahabatku Umar, Sesungguhnya jubah Rasulullah tidak,akan menyelamatkan Abdullah Bin Ubai atau siapa saja sebab manusia hanya selamat oleh iman dan taqwa masing-masing.”

Ucapan Rasulullah itu meninggalkan kesan yang dalam pada diri Abu Abbas dan ucapan itu perlu menjadi azimat dan ingatan kepada umat sepanjang zaman.

No comments:

Post a Comment