Arti keluarga dalam Islam
بسم الله الرحمن الرحيم
إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن
سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن
لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله. فإن
أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد ، وشر الأمور محدثاتها وكل
محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار .
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم Wa Ba’du :
Allah سبحانه و تعالي berfirman :
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Qs.Al-Furqon : 74)
Keluarga Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan keluarga para sahabatnya رضي
الله عنهم yang telah beriman adalah keluarga-keluarga yang baik yang
menghasilkan sebuah jama’ah yang kokoh di masanya. Mereka telah
menjadi orang-orang terbaik dari ummat ini di muka bumi.
Bagi setiap peribadi muslim, keluarga juga menjadi faktor pendukung
penting untuk menjalankan peranan pengabdiannya kepada Allah Rabbnya.
Seorang muslim yang berumah tangga, adalah seseorang yang semakin
lengkap fungsinya sebagai manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah
سبحانه و تعالي, karena seorang muslim yang berumah tangga adalah seorang
suami yang menafkahi dan menggauli isterinya, seorang bapak bagi
anak-anaknya yang menafkahi dan mengajarkannya, dan sebagai pemimpin di
dalam rumah tangganya yang mengarahkan keluarganya menjadi keluarga yang
baik dalam menjalankan ajaran Rabbnya.
Begitupun bagi seorang muslimah. Seorang muslimah yang berumah tangga
adalah seorang isteri yang melayani dan mendukung suaminya, mengajarkan
anak-anaknya serta menjadi penanggung-jawab di rumah ketika suaminya
keluar samada bekerja atau berdakwah.
Allah سبحانه و تعالي berfirman :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)
Bagi setiap muslim, keberadaan isteri yang sholihah dan anak-anak
yang baik di rumah adalah hal yang disuka dan senantiasa menjadi
dambaan. Ini sebagaimana yang Allah firmankan dalam Qs.Al-Furqon : 74
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله ketika ditanyakan tentang
ayat ini beliau mengatakan : “Yaitu Allah memperlihatkan hambaNya yang
muslim dari isterinya, saudaranya dan anaknya dalam ketaatan kepada
Allah. Tidak, demi Allah..tiada sesuatu yang menyejukkan mata seorang
muslim dibandingkan ketika ia melihat anak yang dilahirkannya dan
saudara yang mengasihinya sebagai orang yang taat kepada Allah Azza wa
Jalla..” (Tafsir Ibnu Katsir, juz 19 Qs.Al-Furqon:74).
Sebuah keluarga yang harmonis, yang teratur dengan ajaran Islam yang
penuh rahmat akan terus berkesinambungan hingga keluarga tersebut tumbuh
berkembang. Hubungan antara suami dengan isteri serta hubungan antara
anak dan kedua orang tua senantiasa terjalin dengan baik dalam hubungan
kekeluargaan yang tertata rapi dalam suasana akrab.
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda :
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : اعْرِفُوْا أَنْسَابَكُمْ تَصِلُوْا أَرْحَامَكُمْ
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه berkata, telah bersabda Rasulullah صلي
الله عليه وسلم : “Kenalilah nasab kalian yang kalian dapat menyambung
silaturrahim….” (Abu Dawud ath-Thoyalisi di dalam kitab musnadnya dan
Al-Hakim : 308, 7365. Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 277 dan Shahih
al-Jami’ ash-Shaghir : 1051).
Dan bagi seorang anak, ibunya adalah seorang perempuan yang telah
melahirkannya. Seorang anak harus senantiasa ingat akan hal ini dan
harus senantiasa bersyukur terhadap ibunya.
Allah سبحانه و تعالي berfirman :
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً
“…Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula)” (Qs.Al-Ahqaaf : 15)
Islam adalah agama yang penuh dengan kasih dan rahmat. Dalam
kondisi yang kritispun tetap ada kasih dan rahmat. Sifat manusiawi
yang menjadi fithrah yang baik dalam diri setiap manusia tetap terjaga
dan terpelihara.
Hubungan silaturrahim antara anggota keluarga (di antara anak dengan
anak) tetap berjalan meskipun terjadi keterpisahan antara bapak dengan
ibu, atau antara anak dengan orang tua (jika terjadi perbedaan agama
atau akidah–lihat dalam “silaturrahim”).
Dengan Islam, tak akan terjadi kekacauan dan kerusakan garis nasab di antara manusia.
Dengan Islam, penyikapan yang adil satu-sama lain setiap anggota keluarga dapat terpelihara.
InsyaAllah
No comments:
Post a Comment