Ditinjau dari segi bahasa, kata zikir berasal dari akar kata : dzakara – yadzkuru – dzikran yang berarti: menyebut, mengingat, atau menghadirkan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran.
Di dalam al-Qur’an, kata adz-dzikr disebutkan sebanyak 285 kali dalam berbagai bentuknya. Delapan belas kata di antaranya berarti laki-laki (dzukuur). Di samping kata dzikr, dalam al-Qur’an juga terdapat kata muddakkir (memakai huruf dal), yang oleh Muhammad Fuad al Baqi, (penyusun Kitab al-Mu’jam al-Mufahras) dimasukkan dalam kelompok kata dzikr.
Namun di dalam istilah bahasa, kata zikir bermakna menyebut atau mengingat. Karena itu zikir dilakukan dengan lisan dengan menyebut Asma (Nama) Allah secara berulang-ulang sambil mengingat-Nya di dalam hati. Zikir yang sesungguhnya mesti melibatkan lidah dan hati.
ZIKIR kepada Allah dapat mengenyahkan segala bentuk unsur negatif termasuk syaitan.
Syaitan yang di dalam bahasa Arab berakar dari kata “syathana” memiliki arti : menyalahi atau menjauhi, adalah salah satu makhluk yang berani menentang perintah Allah SwT, yang meminta ia bersujud kepada Adam as.
Karena itulah ia dikatakan menyalahi perintah Allah, yang berakibat secara langsung menjadi jauh dari Rahmat-Nya, dari Kasih Sayang-Nya.
Na’udzubillah. Sejak ia menjauhkan dirinya dari Rahmat Allah, ia diusir dari Syurga dan menjadi makhluk-Nya yang dikutuk ( direjam) Allah ‘Azza wa Jalla.
Kutukan dan laknat Allah atas syaitan telah membuat syaitan dendam kepada Adam dan keturunannya – manusia -, Iblis dan syaitan bersumpah untuk terus menyesatkan manusia sampai Hari Qiyamat.
Iblis berkata,”Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlashin di antara mereka”
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka berzikir kepada Allah, maka saat itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”
Zikir (yang disertai hati yang ikhlas dan taqwa) dapat mengeluarkan penzikir dari keadaan was-was, penuh ragu, gelisah, dan pikiran-pikiran yang meresahkan yang biasa menimpa manusia di dalam kehidupan dunia yang hina ini.
Zikir Lisan itu puja (al-hamd) dan puji (ats-tsana’),
Zikir Jiwa (Dzikr al-Nafs) itu kesungguhan (al-juhd) dan kemauan yang keras (al-‘ana’),
Zikir Ruh itu takut (al-khauf) dan harap (al-raja’),
Zikir Kalbu itu pembenaran (al-shidiq) dan pembersihan (ash-shifa’),
Zikir Akal itu pengagungan (at-ta’zhim) dan malu (al-haya’),
Zikir Ma’rifat itu penyerahan diri (at-taslim) dan rela (ar-ridha’),
Zikir Sirr (Dzikr al-Sirr) itu memandang (al-ru-u’yat) dan berjumpa (al-liqa’)”
Kita sambung dengan pandangan Hikam,
Dan pada ketika itu
• dalam Zikir Lisan itu Maqam orang orang yang ahli Ghoflah daripada segala orang awam.
• Dan Maqam Zikir Lisan dengan jaga Qalbi itu Maqam orang yang Ahli Suluk.
• Dan Maqam Zikir Dalam Hadirat Mazkur itu Maqam Al-Khowas
• Dan Maqam Al-Ghaib Dalam Mazkur dari pada Zikir itu Maqam Khowasul-Khowas, orang yang alhi Fana 'An Fana.
Maka adalah sentiasa Zikir itu atas kata "Laa ilahaillaLlah" serta ikhlas itu sebab bagi menjagakan anggota daripada wujud ghoflah serta Zikir.
Dan Zikir "Allah.. Allah" itu sebab bagi mengeluarkan engkau daripada jaga dalam Zikir kepada wujud Hudur serta Mazkur.
Dan Zikir "Hu Hu" itu sebab bagi mengeluarkan engkau daripada tiap-tiap barang yang lain daripada Mazkur.
Dan kata setengah mereka itu (Kaum Sufiah);
• bermula yang membukakan Qalbu itu (ialah) kata "Laa ilahaillaLlah";
• dan yang membukakan Ruh itu (ialah) "Allah..Allah"
• dan yang membukakan Sir itu ialah "Hu Hu".
• Dan "Laa ilahaillaLlah" itu makanan Qalbu dan
• "Allah..Allah" itu makanan Ruh dan
• "Hu Hu" itu makanan Sir.
Firman Allah yang bermaksud; "Dan tiada yang demikian itu atas Allah Taala sukar" dengan KuatNya dan KuasaNya yang tiada terhenti pekerjaanNya atas sesuatu kerana Ia jua
• Yang Ghoni(Memiliki Kekayaan) lagi Karim(Pemurah);
• Yang Menganugerahi barang yang diKehendakiNya;
• dan tiada yang menegahkan dalam QudratNya
• dan tiada yang jauh daripada KaramNya.
Hanyasanya atas hamba itu Asbab dan atas Allah Yang Membukakan "bab" (pintu kurniaNya).
Dan yang demikian itu(Lima Martabat Zikir di atas) bagi mengisbatkan(menyabitkan) Hikmah dan Zhuhur(kenyataan) Ubudiyah(Kehambaan) dengan Ibadat.
• Dan tiada ibadat melainkan dengan Fadhol(limpah kurnia)Nya;
• dan tiada Zikir melainkan dengan RahmatNya;
• dan tiada Tawajjuh(berhadap hati) kepadaNya melainkan dengan KurniaNya.
Maka iaitu(Allah) Yang Mengurniai (orang) yang zikir dengan TaufiqNya; maka diTunjukiNya bagi JalanNya; maka diBukakan bagi(hamba)nya dengan anugerahNya.
Tempat terpenting bagi zikir ialah di dalam hati.
Komunikasi paling baik ketika diam, Ingat Allahu .................
Pandangan kami
Ingat Allah didalam diri
Allahu dekat tidak terperi
Antara ROH dari NYA dengan DIA
Berlapis lapis di dalam dada
Carilah orang dapat membuka
Tenang jiwamu
AKU bersama mu
Cukuplah Allaahu bagi ku
Tuan,
ReplyDeleteCerita tuan terlalu umum.. hanya permukaan jer..
cara dan kaedah bagaimana? sebagai contoh:
cara bernafas? cara menyebut? cara melepas? waktu² yang sebaik²nya. aliran aura? dalam fikiran?
x bagitau, camner pembaca nak tau?
salamekom..