image

image

Wednesday, November 12, 2014

ya RABB

Siapakah Rabb (Penguasa) Kita? (bukan manusia lah ya)

Alhamdulillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu, wa naudzu billahi min syururi anfusina wa min sayyiati a’malina, man yahdillahu fala mudhillalahu, wa man yudhlilhu fala hadiya lahu.

Asyhadu an laa ilaha illallahu, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu.

 Ya ayyuha alladziina amanuu ittaquullaha haqqa tuqatihi wala tamuutunna illa waantum muslimuuna

 Ya ayyuhannasu ittaqu rabbakum al-ladzi khalaqakum min nafsin wahidatin wa khalaqa minha zaujaha, wa batsta minhuma rijalan katsiran wa nisa’an, wattaqullaha al-ladzi tasa’aluna bihi wal arham innallaha kana ‘alaikum raqiban.

 Ya ayyuhalladzina amanu ittaqullaha wa qulu qaulan sadidan yashluh lakum a’malakum wa yaghfir lakum dzunubakum wa man yuthi’illaha wa rasulahu faqad faza fauzan’adziman.

 Amma ba’du:

Bahwa sesungguhnya nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dilimpahkan kepada hamba-Nya baik manusia, jin dan lainnya sungguh tiada terhingga banyaknya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mencukupi semua keperluan hamba-hambanya, sehingga tidak mungkin manusia maupun jin mampu menghitungnya meskipun memakai alat yang tercanggih teknologinya.

IBADAH 500 TAHUN Hanya Sebanding dengan Satu Kenikmatan

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju kami, lalu bersabda, ‘Baru saja kekasihku Malaikat Jibril keluar dariku dia memberitahu, ‘Wahai Muhammad, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran.

Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba di antara sekian banyak hambaNya yang melakukan ibadah kepadaNya selama 500 tahun, ia hidup di puncak gunung yang berada di tengah laut. Lebarnya 30 hasta dan panjangnya 30 hasta juga. Sedangkan jarak lautan tersebut dari masing-masing arah mata angin sepanjang 4000 farsakh. Allah mengeluarkan mata air di puncak gunung itu hanya seukuran jari, airnya sangat segar mengalir sedikit demi sedikit, hingga menggenang di bawah kaki gunung.

Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang setiap malam mengeluarkan satu buah delima matang untuk dimakan pada siang hari. Jika hari menjelang petang, hamba itu turun ke bawah mengambil air wudhu’ sambil memetik buah delima untuk dimakan. Kemudian mengerjakan shalat. Ia berdoa kepada Allah Ta’ala jika waktu ajal tiba agar ia diwafatkan dalam keadaan bersujud, dan mohon agar jangan sampai jasadnya rusak dimakan tanah atau lainnya sehingga ia dibangkitkan dalam keadaan bersujud juga. Demikianlah kami dapati, jika kami lewat dihadapannya ketika kami menuruni dan mendaki gunung tersebut.

Selanjutnya, ketika dia dibangkitkan pada hari kiamat ia dihadapkan di depan Allah Ta’ala, lalu Allah berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Syurga karena rahmatKu.’

Hamba itu membantah, ‘Ya Rabbi, aku masuk Syurga karena perbuatanku.’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Masukkanlah hambaKu ini ke dalam Syurga karena rahmatKu.’ Hamba tersebut membantah lagi, ‘Ya Rabbi, masukkan aku ke syurga karena amalku.’

Kemudian Allah Ta’ala memerintah para malaikat, ‘Cobalah kalian timbang, lebih berat mana antara kenikmatan yang Aku berikan kepadanya dengan amal perbuatannya.’

Maka ia dapati bahwa kenikmatan penglihatan yang dimilikinya lebih berat dibanding dengan ibadahnya selama 500 tahun, belum lagi kenikmatan anggota tubuh yang lain. Allah Ta’ala berfirman, ‘Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke Neraka!’

Kemudian ia diseret ke dalam api Neraka.

Hamba itu lalu berkata, ‘Ya Rabbi, benar aku masuk Syurga hanya karena rahmat-Mu, masukkanlah aku ke dalam SyurgaMu.’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalikanlah ia.’

Kemudian ia dihadapkan lagi di depan Allah Ta’ala, Allah Ta’ala bertanya kepadanya, ‘Wahai hambaKu, Siapakah yang menciptakanmu ketika kamu belum menjadi apa-apa?’

Hamba tersebut menjawab, ‘Engkau, wahai Tuhanku.’

Allah bertanya lagi, ‘Yang demikian itu karena keinginanmu sendiri atau berkat rahmatKu?’

Dia menjawab, ‘Semata-mata karena rahmatMu.’

Allah bertanya, ‘Siapakah yang memberi kekuatan kepadamu sehingga kamu mampu mengerjakan ibadah selama 500 tahun?’

Dia menjawab, ‘Engkau Ya Rabbi.’

Allah bertanya, ‘Siapakah yang menempatkanmu berada di gunung dikelilingi ombak laut, kemudian mengalirkan untukmu air segar di tengah-tengah laut yang airnya asin, lalu setiap malam memberimu buah delima yang seharusnya berbuah hanya satu tahun sekali? Di samping itu semua, kamu mohon kepadaKu agar Aku mencabut nyawamu ketika kamu bersujud, dan aku telah memenuhi permintaanmu!?’

Hamba itu menjawab, ‘Engkau ya Rabbi.’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Itu semua berkat rahmatKu. Dan hanya dengan rahmatKu pula Aku memasukkanmu ke dalam Syurga. Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke dalam Syurga! HambaKu yang paling banyak memperoleh kenikmatan adalah kamu wahai hambaKu.’ Kemudian Allah Ta’ala memasukkanya ke dalam Syurga.”

1 comment:

  1. Yahudi memanggil orang alim mereka Rabbai, seolah olah mereka punya ilmu seperti Allah, hanya saja Allah berkuasa menghidayahkan mereka

    Walaupun banyak daripada nabi lagi rasul itu dari kalangan bani israil, namun bani israil suka bermain main, seperti kisah lembu emas dan main mainkan nabi dan rasul mereka dengan meminta minta manna wa salwa, juga lembu, dan berbagai lagi, kemudian bila zaman muhammad saw mereka mengaku Allah lebih sayangi mereka

    subhanallah

    ReplyDelete