بسم الله الرحمن الرحيم
Berikut adalah beberapa cara untuk masing masing diri, agar dapat menghindari daripada Syirik:
1. Dengan mengikhlaskan diri apabila melakukan segala amal ibadah dengan jujur dan suci hanya kepada Allah ta'ala semata.
Allah ta’ala berfirman:
Berikut adalah beberapa cara untuk masing masing diri, agar dapat menghindari daripada Syirik:
1. Dengan mengikhlaskan diri apabila melakukan segala amal ibadah dengan jujur dan suci hanya kepada Allah ta'ala semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Mereka tidaklah diperintahkan
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan meninggalkan kesyirikan (hanif).”
[QS Al Bayyinah: 5]
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إنما
الأعمال بالنية وإنما لامرئ ما نوى
“Sesungguhnya amalan itu
tergantung niat dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang
dia niatkan.” [HR Al
Bukhari (6689) dan Muslim (1907)]
2. Dengan Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ
يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
3. Dengan Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan
contoh-contohnya. Juga dengan memerhati makhluk makhluk Allah, jadikan sempadan dan tauladan. Karena untuk
memahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal lawannya. Lawan dari
tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
Seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bernama Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu berkata:
Seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bernama Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu berkata:
كَانَ
النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu orang-orang bertanya
kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang perkara kebaikan, sedangkan
saya bertanya kepada beliau tentang perkara kejelekan karena takut akan
menimpaku.” [HR Al
Bukhari (3606) dan Muslim (1847)]
Seorang penyair berkata:
Seorang penyair berkata:
عرفت الشر
لا للشر لكن لتوقيه ... ومن لا يعرف الشر من الناس يقع فيه
“Aku mempelajari kejelekan
bukanlah untuk melakukan kejelekan itu, akan tetapi untuk menghindarinya.
Barangsiapa yang tidak mempelajari kejelekan (yang dilakukan) manusia, maka dia
akan terjatuh ke dalamnya.”
4. Dengan Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Salah satu doa yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an adalah:
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka berdoa): “Wahai Rabb
kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Al Wahhab (Maha Pemberi).” [QS Alu Imran:
8]
5. Dengan Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan menghindari pergaulan dengan orang yang mencampur aduk melakukan kesyirikan, agar tidak terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, di antaranya adalah Nabiyullah Ibrahim صلى الله عليه وسلم sebagaimana yang diceritakan oleh Allah di dalam Al Quran:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ
قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ
وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri
tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang yang bersama dengan dia
ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kalian daripada apa yang kalian sembah selain Allah. Kami
mengingkari (perbuatan) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada
Allah saja.” [QS Al
Mumtahanah: 4]
Demikianlah beberapa cara yang boleh ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
Demikianlah beberapa cara yang boleh ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
وبالله
التوفيق
Penulisan di atas itu adalah memperincikan, agar nampak oleh kalian, apa sebenarnya. Namun masih boleh di perhalusi kepada mereka yang mengetahui Ilmu Allah
ReplyDeleteBagaimana pun perkara Pokoknya ialah, Awal agama mengenal Allaah
Kenali dirimu rata rata, agar kenallah Allah
Untuk ini, kena belajar Ilmu usul kejadian - sebelum ujud makhluk, apa sebenarnya yang tersedia ada, dan apa yang mula mula di ciptakanNya
Silakan meneruskan pencarian kalian, sampai bertemu dengan Mursyid, inshaAllah
Semuga Allah mengurniakan kemudahan dan keselamatan kepada sesiapa sahaja yang berjalan kepadaNya
Kalimah Lailahaillallah (لاَ إِلَهَ إِلَّاالله) adalah kalimah utama Islam. Ia adalah kalimah yang menyatakan dan menafikan segala bentuk penyembahan selain daripada Allah s.w.t dan ia juga menetapkan bahawa penyembahan itu wajib ditujukan kepada Allah s.w.t semata-mata. Firman Allah s.w.t
ReplyDeleteفَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
"Maka tetapkanlah pengetahuanmu dan keyakinanmu (wahai Muhammad) bahawa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah" (Muhammad:19)
Rasululullah s.a.w bersabda:
مَنْ قَالَ لاَإِلَهَ إِلاَّالله مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa yang berkata 'tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah (لاَ إِلَهَ إِلَّاالله)' dengan ikhlas, maka Allah akan memasukannya ke dalam syurga '" (Riwayat Ahmad: Sahih)
Maksud ikhlas adalah yang benar-benar memahami kalimah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله itu, kemudian mengamalkannya lalu mendahulukan erti dan maksud kalimah ini dalam mentauhidkannya. Ini kerana kalimah ini mengandungi pengesaan kepada Allah s.w.t, yang juga tujuan diciptakan seluruh manusia, jin dan alam ini.
Rasulullah s.a.w sendiri pernah menyeru kepada ayah saudaranya, Abu Thalib saat dia sedang nazak:
يَا عَمَّ قُلْ لاَإِلَهَ إِلَّااللهُ كَلِمَةً أُحِجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَاللهِ، وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَاإِلَهَ إِلَّااللهُ
"Wahai ayah saudaraku, katakanlah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله sebuah kalimah yang kelak akan menjadi hujjah atas keislamanmu di hadapan Allah s.w.t. Namun ayah saudaranya itu enggan menucapkannya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w tinggal di Makkah selama tiga belas tahun dan dalam tempoh masa itu, Baginda senantiasa menyeru kepada kaumnya agar mengucap kalimah tauhid ini. "Katakanlah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله , namun mereka menjawab "Kami disuruh untuk menyembah kepada satu Tuhan sahaja? Sungguh ini adalah suatu perkataan yang aneh yang belum pernah kami dengar sebelum ini! ". Ini kerana mereka sebenarnya mengetahui dengan sebenarnya makna kalimah ini bererti mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Tuhan Yang Esa memandangkan tuhan mereka sebelumnya begitu banyak sekali. Ini menyebabkan mereka tidak mahu mengikut seruan Rasulullah s.a.w. Sikap mereka ini telah disebut oleh Allah dalam firmanNya dalam surah As-Saffat ayat 35-37:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
"Sebenarnya mereka dahulu apabila dikatakan kepadanya;" (ketahuilah, bahawa) tiada Tuhan yang sebenar-benarnya melainkan Allah" - mereka bersikap takbur mengingkarinya, "
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ
"Serta mereka berkata: " Patutkah kami mesti meninggalkan tuhan-tuhan yang kami sembah, kerana mendengar ajakan seorang penyair gila?""
بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ
(Tidak! Nabi Muhammad bukan penyair dan bukan pula seorang gila) bahkan ia telah membawa kebenaran (tauhid), dan mengesahkan kebenaran (tauhid) yang dibawa oleh Rasul-rasul (yang terdahulu daripadanya).
Rasulullah s.a.w pernah bersabda:
ReplyDeleteمَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّااللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دَوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ
"Barang siapa mengucap kalimah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله dan mengingkari adanya sembahan lain selain daripada Allah, maka harta dan darahnya haram untuk dirampas " (Riwayat Muslim)
Hadith ini bermaksud bahawa mengucapkan kalimah syahadah itu bermakna kita menginkari semua bentuk ibadah selain kepada Allah s.w.t seperti meminta kepada kubur, berhajat dan meminta kepada bomoh dan dukun dan sebagainya. Realitinya umat Islam kini walaupun telah mengucap kalimah syahada namun sebahagiannya masih menyampaikan hajat dan meminta kepada selain daripada Allah s.w.t sedangkan mereka sudah pasti tidak mampu memberi sebarang manfaat dan mudharat kepada kita disebabkan mereka juga makhluk ciptaanNya.
Kalimah ini adalah landasan tauhid yang utama dalam Islam dan pedoman yang besar serta sempurna bagi kehidupan seluruh muslim kerana dengan meyakini dan beriman dengannya maka akan wujudlah satu keyakinan (I'tiqad) untuk menyembah hanya kepada Allah s.w.t, hanya tunduk kepada Allah s.w.t sahaja, hanya berdoa kepadaNya dan hanya berhukum dengan syariat-syariat yang telah ditetapkan olehNya.
Menurut Ibn Rajab, kalimah لااله bermakna Zat yang ditaati dan dipatuhi dengan penuh rasa pengharapan (raja'), cemas, pengagungan, pasrah, dan disertakan dengan permohonan dan permintaak hanya kepadaNya. Barang siapa yang menempatkan selain Allah s.w.t , padahal itu mutlak merupakan milik Allah s.w.t, maka bererti dia telah merosakkan kemurniaan dan kesucian kalimah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله kerana dia telah menunjukkan ibadahnya kepada makhluk.
Sesungguhnya kalimah ini memberi manfaat kepada mereka yang mengucapkannya selagi dia tidak membatalkan ucapannya itu dengan sesuatu perkara yang boleh mendatangkan syirik sebagaimana hadas yang membatalkan wudhuk seseorang itu. Rasulullah s.a.w bersabda:
مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah لاَ إِلَهَ إِلَّاالله , maka dia akan dimasukkan kedalam syurga" (Riwayat al-Hakim)