APABILA seseorang itu tiba-tiba mendapat kesusahan, kegagalan dalam perkara tertentu atau ditimpa musibah berat dalam kehidupan, mereka menganggap Allah sudah tidak sayangkan mereka. Lebih jauh daripada itu, ada berani mengatakan Allah telah berlaku zalim kerana dia diberikan kesusahan.
Anggapan demikian tidak benar. Mereka tidak sepatutnya berprasangka buruk terhadap Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah sekali-kali menganiaya atau berlaku zalim kepada hamba-Nya.
Allah sentiasa bersifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah tetap memberi kurnia dan rahmat-Nya kepada semua umat Nabi Muhammad SAW. Firman Allah yang bermaksud:
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Yunus: 44)
Firman Allah lagi yang bermaksud:
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang pun walaupun sebesar zarah.” (An-Nisak: 40)
Apabila Allah menurunkan musibah, ia mempunyai sekurang-kurangnya tiga sebab.
PERTAMA:
Musibah sebagai hukum sebab dan akibat - perbuatan sendiri. Allah SWT menghukum manusia berupa bencana seperti banjir, tanah runtuh, wabak penyakit dan lain-lain. Itu semua disebabkan oleh perbuatan manusia kerana banyak maksiat, kezaliman atau berpaling daripada perintah yang telah ditetapkan-Nya.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah daripada Allah dan apa saja bencana yang menimpa kamu, maka daripada (kesalahan) diri kamu sendiri.”(an-Nisak: 79).
“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa”. (ar-Ruum :36).
“(Azab) yang demikian adalah disebabkan perbuatan tangan kamu sendiri dan Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaNya (al-Imran : 182)
“Sudah timbul pelbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang sudah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan buruk yang mereka telah lakukan supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat).” (ar-Ruum: 41)
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasu l yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”
(al-Qashash: 59)
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosa-nya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang menguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-Ankabut: 40)
KEDUA:
Musibah sebagai penebus dosa. Allah SWT menghendaki datangnya musibah berupa kesusahan, rasa sakit, kekurangan harta, dan kematian tidak lain sebagai penghapus dosa untuk hamba-hambanya yang bersabar. Di akhirat nanti dosa yang dilakukannya itu tidak diperhitungkan lagi kerana hukumannya sudah ditunaikan Allah SWT di dunia.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka ia adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”(Asy Syuura:30)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah SWT menghendaki kebaikan bagi hamba-hambanya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia dan bila Allah SWT menghendaki keburukan, maka dibiarkan dengan dosa-dosanya, sehingga dosa-dosanya itu dibalas pada hari kiamat.”
(HR Abu Daud).
“Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau penyakit, atau kesusahan hati, bahkan gangguan yang berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa penebus dosanya.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW pernah bersabda bermaksud: “Sesungguhnya seorang yang beriman ketika ditimpa musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kaffarah (penghapus) bagi dosa-dosa yang dia lakukan sebelumnya, sekali gus menjadi peringatan berharga untuk menghadapi masa akan datang.” (Hadis riwayat Abu Daud)
Dari Aisyah r.a. Rasulullah bersabda:
“Jika telah banyak dosa seseorang, padahal tidak ada amal yang bisa menghapusnya, maka Allah akan mengujinya dengan kesedihan agar terhapus dosa itu”
KETIGA:
Musibah sebagai ujian untuk menaikkan darjat di sisi Allah s.w.t. bagi hamba Nya yang bersabar
Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang Mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri, atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan ditingkatkan dajatnya.” (HR Ahmad, Ibnu Hiban).
Dalam hadis Qudsi disebutkan, “Siapa saja yang tidak rela terhadap ketetapan-Ku dan tidak berlaku sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Ku, maka carilah olehmu Tuhan selain Aku.”Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata musibah atau ujian mempunyai berbagai sebab, ada ujian untuk kesabaran, ujian untuk bersyukur, ujian untuk memberi petunjuk, ujian sebagai hukuman, ujian sebagai cubaan, ujian untuk memajukan diri dan ujian supaya mendapat pahala. Siapa yang tidak merasakan ujian atau musibah, maka dia tidak mengetahui tahap nilai dirinya.
OLEH ITU apabila ditimpa musibah, hendaklah banyak bersabar.
“(Sebenarnya) apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal dan sesungguhnya Kami membalas orang sabar dengan memberikan pahala lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (An-Nahl: 96)
Sekiranya kita ditimpa musibah, tempat yang paling baik kita mengadu ialah kepada Allah SWT. Kita bangun malam, bersolat tahajud. Kemudian menangis dan merintih kepada Allah kerana Dialah sebaik-baik tempat pengaduan. Kita mesti yakin Dia sahaja yang dapat menolong. Oleh itu, apabila ditimpa musibah, sebutlah seperti apa yang Allah firmankan di dalam Al Quran iaitu: orang-orang yang ditimpa musibah mengucapkan “INNALILAHI WA INNA ILAHI RAAJIUN” (Surah Al Baqarah : Ayat 156).
Nabi juga berpesan jika ditimpa musibah, supaya ditambahkan pula dengan doa: “Ya Allah, berikanlah kepadaku pahala dalam musibah ini, dan gantikanlah aku dengan yang lebih baik daripadanya”.
PERBANYAKKAN istiqfar, taubat akan dosa yang telah dilakukan, serta banyak berdoa dan melakukan amal ibadah di kesempatan bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita diampunkan dosa-dosa yang telah lalu serta dijauhi daripada bala, bencana atau musibah.
Firman Allah swt maksudnya: “Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)Maksud Hadis Rasulullah saw:
Sabda rasulullah saw : “Barangsiapa berpuasa dengan penuh iman dan berazam bersungguh-sungguh, Allah mengampun dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang bersolat pada malam bulan Ramadhan dengan penuh iman dan berazam bersungguh-sungguh, Allah mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu”. (Hadis Sahih Muslim)
PERBANYAKKAN kerja-kerja kebajikan, membantu mereka yang susah, memberi tenaga sebagai sukarelawan dakwah, mengajak kepada kebaikan dan melarang sesuatu kemungkaran, serta sentiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan penuh takwa.
Firman Allah swt bermaksud: ”Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama Nya” (Al-Hajj: 40)
Allah swt berfirman maksudnya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
Ingat lah ya, yang pertama tu, akibat tangan sendiri
ReplyDeleteJadi apabila menyampaikan Kebenaran Islam, hendaklah secara jujur menjaga kesucian Islam, tak boleh ada sikap Prejudis, terhadap selainnya
sebagaimana maksud Deenun Nasihah, kepada siapa pun Nasihah itu, Jagalah Kesucian Allah, kesucian Islam
jika mendirikan solah, apa jenis pun, mohonlah kebaikan jangan memohon kecelakaan orang lain
sebab Rasulullah SAW menyuruh kita membalas yang terlebih baik, daripada apa yang kita terima
semuga kita dapat menjaga Kesucian Islam, apabila menyampaikan kebenaran daripada Allah
inshaAllaah
Beginilah juga asbab di minta kita belajar, menuntut ilmu, agar dapat memperbaiki diri masing masing menjadi insan yang ikhlas, jujur, berakhlak mulia, agar dapat mengerti dan mengambil pelajaran daripada apa apa yang berlaku di hadapan diri
ReplyDeleteBegitulah Allah menduga, menilai, siapakah yang lebih baik amalannya
Amalan kebaikan apabila Ikhlas, itu akan memuliakan dirimu
Kemuliaan itu bagaimana pun tidak di setujui oleh Nafsu, ragu ragu, main main dan senda gurau, ataupun engkar
kerana itulah kena tahu diri, ingat Allah semuga tidak memandang serong ke atas kelakuan orang lain, jujurlah pada Allah, pada dirimu masing masing
InshaAllaah